Kisah Para Penjaga Gunung Anak Krakatau

Anak Gunung Krakatau
Sumber :
  • volcano.si.edu

VIVAnews - Suara itu terdengar dari radio,"posko pendukung III, pos pengamatan Gunung Anak Krakatau, selamat pagi," kata orang di seberang sana. “Selamat pagi kembali posko 22. Pendukung III melaporkan situasi. Kegiatan Gunung Api Anak Krakatau masih seperti kemarin. Status masih siaga. Demikian 22, pendukung III stand by,” jawab operator.

Percakapan tersebut kemudian terhenti, dan akan berulang pada waktu yang telah ditentukan. Secara rutin, minimal dua kali sehari, operator melaporkan status terkini gunung yang terletak di Selat Sunda itu. Laporan itu diterima langsung ke Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan. Posko 22 adalah nama Satlak PB.

Aktivitas di pos pendukung nampak seperti biasa, saat VIVAnews.com berkunjung beberapa waktu yang lalu. Padahal, sejak tanggal 19 September lalu, aktivitas vulkanik Anak Krakatau mulai meningkat. Kalau sebelumnya terjadi sekitar 1.000 kali gempa, kini meningkat menjadi 5.000-6.000 kali gempa setiap hari.

"Kegiatan vulkanik saja, jadi sudah dianggap biasa, masyarakat sekitar juga sudah biasa, tidak ada yang panik," ujar Kepala Pos Pengamatan GAK, Andi Suardi kepada VIVAnews. Pos tersebut terletak di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa --  35 Kilometer, atau satu jam perjalanan bermotor dari Kalianda, ibukota Kabupaten Lampung Selatan.

Hari itu, terjadi 3-4 kegempaan permenit. "Gempa tersebut sangat rapat, jadi belum bisa dihitung, begitu juga tremor, kalau letusan tidak ada. Setiap hari bisa 5000-6000 kali gempa," ujarnya. Karena itulah, sejak 30 September pukul 24.00, status Anak Krakatau naik menjadi siaga.

Aktivitas gempa yang mencapai ribuan kali tersebut, menurut Andi, karena Anak Krakatau sedang dalam aktivitas membangun. Dia mengakui, ini kali pertamanya menyaksikan anomali Krakatau: gempa sampai ribuan kali. "Peristiwa ini memang baru pertama terjadi sejak saya ada disini tahun 1995. Sepengetahuan saya aktivitas ini  serupa dengan Gunung Kelud di Jawa Timur," lanjutnya.
 
Ia menjelaskan, setiap gunung api memiliki karakter berbeda-beda dan melihat tingkat gempa. Meski, tingginya intensitas gempa Anak Krakatau serupa dengan Gunung Kelud sesaat sebelum terjadi letusan besar. "Dalam kondisi seperti ini, kami hanya menghimbau untuk nelayan atau wisatawan agar tidak berada pada radius 2-3 kilometer dari gunung," imbaunya.

Hari itu mata Andi terlihat memerah, karena kurang tidur. Bagaimana tidak, setiap hari selama 24 jam ia dan dua anggotanya -- Edi dan Hamdani--- terus memantau perkembangan aktivitas Anak Krakatau.

Selain mencatat, Andi dan anak buahnya juga harus memberikan laporan secara bergantian tentang aktivitas Anak Krakatau ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung.

Mereka melapor menggunakan radio SSB, radio komunikasi jarak jauh yang menjangkau seluruh pulau di Indonesia. “Namun kalau radio sedang gangguan biasanya mengirim laporan dengan pesan singkat (SMS) saja,” terang Andi.

"Kami hanya bertugas memantau, mencatat, dan melaporkan aktivitas gunung secara visual dan instrumental. Pusat yang menentukan statusnya. Pusat yang kemudian memberitahu ke gubernur, bupati, hingga dinas terkait," ungkapnya.

Banyak suka dan duka yang dialami selama memantau gunung yang 'ibunya' pernah meletus dahsyat pada tahun 1883 itu. "Susahnya kalau listrik mati, tentu saja akan mempengaruhi kerja seismograf. Makanya sekarang seismograf sudah menggunakan tenaga surya untuk mengantisipasi," ungkap Andi.

Pos pemantau  tidak memiliki jadwal piket baku. Siapa saja yang ada bisa mengirim laporan. "Kalau gunung aktif normal, kerja dengan jam kantor biasa, masuk pagi pulang sore. Akan tetapi kalau status aktivitas seperti ini, semua petugas stand by," kata dia.

Apalagi saat aktivitas meningkat tajam seperti sekarang, Andi dan anak buahnya harus rela tinggal di pos selama beberapa hari. Meninggalkan anak istri mereka yang rata-rata tinggal di Kalianda. Laporan: Andry Kurniawan| Lampung

2.000 Hewan Ternak Dilakukan Vaksinasi Antisipasi Wabah PMK Secara Gratis
VIVA Militer: Pasukan milisi Republik Ossetia Selatan

Bukan Hanya Palestina, Ini 9 Negara yang Belum Diakui Keanggotannya oleh PBB

PBB memiliki anggota sekitar 193 negara. Namun, di luar jajaran negara-negara tersebut, terdapat setidaknya 9 negara yang belum mendapat pengakuan sebagai anggota PBB. 

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024