- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengganti dan menggeser sekitar sepertiga anggota kabinetnya. Ini yang terbesar selama masa pemerintahannya. Perombakan kabinet (reshuffle) kebanyakan menyentuh menteri-menteri bidang ekonomi.
Dalam pidatonya pasca melantik para menteri baru, Yudhoyono mengatakan, meski perekonomian Indonesia sesungguhnya baik, di atas enam persen, saat ini kita kembali menghadapi dampak krisis ekonomi global.
"Ini justru menambah relevansi mengapa kita perlu melakukan penataan kabinet, lembaga pemerintahan non kementerian, juga BUMN," kata SBY di Istana Negara, Rabu 19 Oktober 2011.
SBY menambahkan, yang tak kalah penting adalah bagaimana mengelola APBN dan APBD, keuangan negara. "Dengan tenang dan tidak boros," kata SBY. "Ini terkait perkembangan perekomonian global yang dampaknya langsung atau tidak langsung yang kita rasakan," tambah dia.
Yudhoyono lantas mengingatkan ada agenda nasional lima tahun pemerintahannya, yakni, meningkatkan pembangunan ekonomo untuk peningkatan kesejahteraan rakyat, demokrasi harus makin mantap dan bermartabat, dan hukum makin tegak disertai hadirnya keadilan bagi semua.
"Di samping itu ada strategi pembangunan ekonomi yang telah ditetapkan selama ini. "Ada empat, yakni pembangunan ekonomi yang pro pertumbuhan, pro penciptaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, dan pemeliharaan lingkungan," kata dia.
SBY menggarisbawahi pentingnya upaya penyelamatan dan penggunaan tepat keuangan negara. "Agar dicegah, pemborosan, kebocoran, dan korupsi."
Masyarakat Indonesia juga diminta melihat dinamika global. Termasuk cara untuk mengatasi permasalahan, baik nasional, maupun permasalahan dampak krisis ekonomi global. "Kita harus siap, siaga, dan respon dengan cepat."