Musim Hujan, Yogya Antisipasi Lahar Dingin

Banjir lahar dingin Merapi
Sumber :
  • ANTARA/Anis Efizudin

VIVAnews - Pada akhir Oktober ini musim penghujan telah berlangsung di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Musim penghujan dimulai dari Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.

Ancaman bahaya banjir lahar dingin pun kembali menghantui masyarakat Kota Yogyakarta yang tinggal di pinggiran bantaran sungai Code. Karena sungai yang membelah kota Yogyakarta tersebut berhulu di lereng Merapi.

Untuk menghadapi bahaya banjir lahar dingin akibat hujan deeras di lereng Merapi, Pemerintah Kota Yogyakarta akan memasang dua alat early warning system (EWS) di sepanjang Kali Code sebanyak 5 unit.

“Tahun lalu kami memasang EWS sebanyak 3 unit. Untuk tahun ini kami tambah lagi 2 EWS sehingga total yang terpasang di sepanjang sungai Code mencapai 5 unit,” kata Kepala Kantor Perlindungan Masyarakat yang juga Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kota Yogyakarta Sudarsono, Senin 24 Oktober 2011.

Menurut dia, dengan pemasangan EWS, banjir lahar dingin Merapi tidak mengakibatkan banyak kerugian di Kota Yogyakarta. EWS itu beroperasi dengan sirine yang dihubungkan dengan alat komunikasi oleh petugas pemantau di daerah hulu sungai Code. ”Masyarakat sudah dapat mengantisipasi secara dini kedatangan banjir lahar dingin tersebut sehingga kerugian dapat ditekan,” ujarnya.

Selain alat EWS, kata Sudarsono, pihaknya juga sudah mendata titik-titik pengungsian sementara yang dijadikan tempat mengungsi warga bantaran kali Code jika banjir lahar tiba.

PDIP Minta Penetapan Prabowo Ditunda karena Gugatan di PTUN, KPU Tegaskan Ini

”Sedikitnya ada 13 ribu jiwa di 8 kecamatan di Yogyakarta yang terancam banjir lahar dingin Merapi. Mereka hidup di bantaran Kali Code Yogyakarta. Kami siapkan lokasi untuk evakuasi warga,” ujarnya.

Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandriyo, mengatakan bahwa material vulkanik hasil erupsi Merapi tahun 2010 yang masih berada di lereng Merapi khususnya pada sungai-sungai yang berhulu di Merapi masih mencapai 100 juta meter kubik. Jumlah itu baru sekitar 30 persen material vulkanik hasil erupsi 2010 yang turun bersama hujan awal tahun lalu.

”Dengan material yang masih menumpuk di lereng Merapi ketika musim hujan berlangsung dapat mengalir ke bawah menjadi banjir lahar dingin,” ujarnya.

Erupsi Merapi tahun 2010 lalu diprediksikan telah memuntahkan material vulkanik berupa pasir, batu dan debu sebanyak 150 juta meter kubik. Material tersebut menutupi seluruh hulu kali di kaki Merapi. Material vulkanik tersebut bisa terbawa air hujan jika hujan turun dalam kapasitas diatas 40 kilometer per jam dalam waktu satu hingga dua jam berturut-turut.

”Sangat besar kemungkinan terjadinya banjir lahar dingin sehingga harus diwaspadai dan diantisipasi sedini mungkin oleh instansi pemerintah terkait dan masyarakat di bantaran sungai yang berhulu di Merapi,” ujarnya.

Laporan: Juna Sanbawa | Yogyakarta

Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa Umumkan Tanggal Tayang
Ilustrasi biji Kopi.

6 Makanan yang Sebaiknya Dihindari saat Menikmati Secangkir Kopi

Bagi banyak orang, kopi adalah minuman wajib untuk memulai hari. Rasanya yang khas dan efek kafeinnya dapat membantu meningkatkan fokus dan kewaspadaan.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024