Ditentang, Pagar Listrik untuk Badak Jawa

badak jawa (rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon
Sumber :
  • Antara

VIVAnews -- Puluhan mahasiswa se-Tangerang melakukan aksi menolak Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) yang sedang berlangsung di kawasan  Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten.

Alasannya, proyek tersebut akan mengancam berlangsungnya ekosistem badak yang 30 tahun terakhir ini hanya berjumlah sekitar 50 sampai 60 ekor.

"Pemagaran kawasan Taman Nasional Ujung Kulon hanya akan  merusak ekosistem badak Jawa," kata Putra, koordinator aksi saat menggelar aksi damai penolakan proyek JRSA di Tangerang, Jumat 28 Oktober 2011. 

Pesan Idul Fitri Kapolri: Dalam Perbedaan Tercipta Indahnya Toleransi

Pemagaran, dia menambahkan, bisa menjadi bumerang, karena area  jelajah badak dibatasi. "Jika maksudnya ingin  meningkatkan jumlah badak, nanti malah badak dan  hewan lainnya bisa mati," ujarnya.

Akibat pemagaran, ditakutkan aktivitas hewan terhambat oleh pagar beraliran listrik sehingga mereka kelaparan. "Apa kita rela mengorbankan ekosistem di TNUK hanya untuk penelitian badak Jawa? Masih ada jalan lain, tanpa merusak ekosistem yang sudah ada," tukasnya.

Dibantah
Dikonfirmasi, pihak Taman Nasional Ujung Kulon membantah tuduhan mahasiswa. Salah satu staf yang juga terlibat dalam JRSCA, Dodi Sumardi menjelaskan, program tersebut berlatar belakang kondisi Badak Jawa yang terancam punah. Habitatnya di Ujung Kulon sudah riskan.

Oleh karena itu, para pakar badak bersepakat, perlu manajemen intensif. "Perlu perlakuan khusus yang dilakukan untuk selamatkan Badak Jawa," kata Dodi, saat dihubungi VIVAnews.com, Jumat siang.

Habitat Badak yang saat ini terkonsentrasi di Semenanjung Ujung Kulon, tambah dia, terancam invasi tanaman langkap -- sejenis aren yang menyebarannya cepat dan terancam membunuh pakan badak. "Ini sangat tidak baik bagi badak," kata dia.

Karena kondisi semenanjung yang tidak baik, para pakar badak sepakat membuat program JRSCA. "Program sebenarnya perluasan habitat dari Semenanjung ujung Kulon menuju Gunung Honje bagian selatan. Wilayah bagian dari taman nasional ini tak digunakan badak."

Terkait perluasan, pihak taman nasional mendekati perambah agar meninggalkan kawasan tersebut, dengan meminimalisasi konflik.

Lalu, mengapa harus ada pemagaran? "Kalau tidak dipagar ada konsekuensi yang timbul  bagi perluasan, masyarakat tetap masuk. Padahal kehadiran manusia tak baik bagi badak," jelas Dodi. Badak, dia menambahkan, adalah hewan soliter yang tak bisa diganggu manusia.

Faktor lain, adalah hewan ternak milik warga yang berkeliaran. "Ini menjadi vektor beberapa  penyakit bagi badak. Kami lakukan pemagaran karena patroli tak bisa dilakukan 24 jam."

Dodi menambahkan, pihaknya berusaha menyiapkan habitat layak bagi Badak Jawa. Apabila mereka hidup tenang, maka bisa dikembangbiakkan dengan cepat. "Juga disebar ke lokasi lain, tak hanya di Ujung Kulon. Karena riskan bila hanya di satu lokasi." (eh)

Laporan: Muhammad Iyus| Tangerang

Airlangga Hartarto dan Eric Hermawan

Legislator Golkar Pendatang Baru Eric Hermawan Dapat Sambutan Hangat Airlangga

Sejumlah tokoh, juga ikut mengambil bagian dalam momentum Idul Fitri 1445 H, bersama Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Mereka ikut membangun hubungan politik.

img_title
VIVA.co.id
10 April 2024