Jelang Idul Kurban, Bekasi Waspadai Anthrax

Kambing kurban
Sumber :
  • Surabaya Post

VIVAnews – Anthrax belum pernah lagi ditemukan di Bekasi sejak menyerang puluhan ternak di Cikunir pada tahun 1972. Namun Dinas Perekonomian Rakyat (Dispera) Kota Bekasi, Jawa Barat, tetap mewaspadai ancaman penularan penyakit anthrax dari hewan kepada manusia, terutama menjelang datangnya Idul Adha atau Idul Kurban.

Untuk mencegah anthrax, Dispera Kota Bekasi menerjunkan sebanyak 169 petugas pengawas hewan kurban. Ke-169 petugas itu terdiri dari 20 orang petugas teknis Dispera, 12 orang petugas penyuluh lapangan dari kecamatan, 56 orang petugas kelurahan, 12 orang petugas kecamatan, 24 orang dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jawa Barat V, serta 45 orang Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

“Mulai hari ini mereka akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan kesehatan hewan di seluruh tempat penjualan hewan kurban di Kota Bekasi,” ujar Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dispera Kota Bekasi, Edi Kadarusman, di Bekasi, Senin 31 Oktober 2011. Pengawasan dan pemeriksaan hewan kurban, imbuhnya, akan dilakukan hingga datangnya Idul Adha tanggal 6 November 2011.

Selain mewaspadai anthrax yang bisa menyebabkan kematian bila menular kepada manusia, Dispera Kota Bekasi juga mewaspadai penyakit lain yang menyerang hewan kurban seperti penyakit infeksi mulut, dan Penyakit Mulut dan Kuku. Pemeriksaan hewan kurban, ujar Edi, terutama dilakukan terhadap hewan yang dikirim dari wilayah Kabupaten Bogor, daerah yang sempat dinyatakan endemik anhtrax beberapa tahun lalu.

“Mulai hari H Idul Adha pada 6 November sampai tanggal 8 November, petugas akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan hewan kurban di tempat-tempat pemotongan seperti masjid ataupun lapangan,” tambah Edi. Petugas, terutama dari IPB dan PDHI yang bertindak sebagai panitia kurban, akan memeriksa daging kurban dan jeroan yang terdiri dari hati, limpa, jantung dan usus.

“Supaya bisa diketahui apakah hewan kurban itu layak konsumsi atau tidak. Kalau di hatinya ada cacing, limpa berwarna biru, dan ada kerusakan pada usus dan jantung, maka hewan itu tidak layak untuk dikonsumsi,” papar Edi.

Dispera Kota Bekasi sendiri, menurutnya, sudah melakukan sosialisasi kepada para pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) supaya bisa menangani daging kurban dan limbah hasil pemotongan, agar tidak menimbulkan penyakit dan tidak mencemari lingkungan.

Hewan kurban yang baik untuk dikonsumsi, terang Edi, memiliki ciri-ciri bermata jernih, hidung lembab, bulu mengkilat, nafsu makan baik, telinga dan anus bersih, cukup umur yang ditandai dengan tumbuhnya  sepasang gigi tetap (sapi 2 tahun  dan domba/kambing 1 tahun), tanduk lengkap, buah zakar lengkap (untuk jantan), kulit mulus, dan tidak kurus.

Bagi hewan kurban yang dinyatakan sehat, petugas pengawas akan mengalungkan pin bertuliskan ‘sehat’ serta memberikan sertifikat aman. (eh)

Laporan : Erik Hamzah | Bekasi

Rendahnya Literasi Keuangan Picu Meningkatnya Korban Pinjol Ilegal
UOB Media  Literacy Circle

Guru dan IRT Jadi Korban Pinjol Ilegal Terbanyak, OJK: Cek Legalitas dan Logis Sebelum Pinjam

 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan data mengkhawatirkan terkait kelompok masyarakat yang paling banyak terjerat utang pinjaman online pinjol ilegal

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024