VIVAnews - Kementerian Kehutanan mencatat 3,25 juta hektar hutan mangrove mengalami kerusakan. Kerusakan itu diakibatkan adanya konflik kepemilikan lahan di wilayah pesisir dan adanya tuntutan ekonomi masyarakat di daerah itu.
"Dari 7,7 juta hektar hutan mangrove sebanyak 3,25 juta hektar mengalami kerusakan, sisanya dalam kondisi baik sebanyak 2,3 juta hektar dan kondisi sedang seluas 2,1 juta hektar," kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, dalam siaran persnya, Kamis 17 November 2011.
Zulkifli menjelaskan, pembangunan infrastruktur di daerah pesisir yang tidak memperhatikan fungsi konservasi hutan juga sebagai penyebab kerusakan hutan mangrove. Disamping ketidaktahuan masyarakat mengenai pentingnya menjaga ekosistem juga sebagai penyebab utama kerusakan.
"Lebih kurang 70 persen kerusakan akibat pembangunan yang tidak mengindahkan amdal dan perambahan hutan mangrove secara berlebihan," ujarnya.
Untuk memperbaiki kondisi di atas, Menteri Kehutanan, mengajak masyarakat termasuk pelajar melakukan penanaman kembali hutan mangrove yang telah mengalami kerusakan. Penanaman ini dilakukan baik di Jawa atau di luar Jawa seperti di Bali.
"Upaya yang kita lakukan antara lain dengan program gerakan nasional rehabilitasi lahan hutan, pembangunan model area seperti di Bali ini dan rehabilitasi hutan mengrove di luar daerah gerakan nasional," ujarnya.
Sejak tahun 2003 hingga 2008 seluas 2,362 hektar mangrove telah direhabilitasi. Anggaran yang digunakan berasal dari Dana Alokasi Umum dan APBD. Untuk APBD seluas 219 hektar sedangkan dari DAK seluas 2.033 ha telah direhabilitasi sisanya seluas 110 swadaya masyarakat dalam rehabilitasi.
"Ke depan swadaya masyarakat dan peran serta lembaga donor seperti JICA akan didorong ikut serta dalam rehabilitasi hutan Mengrove sehingga tidak lagi 110 ha yang digarap mereka," ujarnya.
431 Kerbau di OKI Sumsel Mati Mendadak, Ini Penyebabnya
Ratusan Kerbau di OKI Sumsel Mati Mendadak, Ini Penyebabnya
