Riset: Indeks Radikalisme Indonesia Turun

Sejuta Lidi
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Irianto

VIVAnews - Lembaga Lazuardi Birru mencatat potensi ancaman radikalisme dan terorisme di Indonesia masih terbuka pada tahun depan mengingat masih banyaknya kekerasan yang terjadi pada tahun ini. Namun, secara umum, indeks radikalisme menurun.

Jangan Anggap Remeh, Ini 4 Tanda yang Menunjukkan Anda Alami Stres

Menurut Ketua Lazuardi Birru Dhyah Madya Ruth SN meski indeks radikalisme di Indonesia tahun ini cenderung mengalami penurunan, namun bibit radikalisme di Indonesia masih cukup tinggi potensinya, terlebih apabila tidak ada penanganan yang serius sesuai karakteristik dan akar permasalahan yang ada di masing-masing daerah.

Indeks kerentanan radikalisme di Indonesia pada tahun 2011 adalah 43,6, menurun 1,44 dibanding pada tahun sebelumnya yang memiliki indeks 45,4. Meskipun demikian, statusnya masih rentan dan masih jauh di bawah tingkat aman yaitu pada level 33,3.

Meiska Angkat Fenomena Istilah Badut dalam Lagu Terbarunya

Indeks radikalisme ini diperoleh dari hasil penelitian Lazuardi Birru pada tahun 2011, terhadap kerentanan radikalisme di 33 provinsi dengan jumlah responden sebanyak 4840.

“Ancaman radikalisme dan terorisme tidak hanya dalam bentuk aksi-aksi teror dan peledakan bom," kata Dhyah. "Hal yang juga harus mendapat perhatian serius adalah self radicalism, penyebaran ideologi radikalisme dan terorisme melalui media cetak dan jaringan internet, terutama di kalangan generasi muda. Radikalisme harus diselesaikan dengan mempergunakan kearifan lokal yang ada," katanya dalam refleksi akhir tahun di Jakarta, 14 Desember 2011.

Verrell Bramasta Berharap Prabowo-Gibran Lebih Fokus Pada Kemajuan Anak Muda

Berdasarkan penelitian Lazuardi Birru terdapat fakta bahwa radikalisme di masing-masing daerah memiliki karakteristik, akar permasalahan, dan pemicu yang berbeda-beda. Karena itu, apabila radikalisme dibiarkan terus menerus tanpa penyelesaian sesuai karakteristiknya, maka tentunya mengancam keutuhan bangsa dan negara. Terlebih terdapat tren konservatisme yang menguat, hal ini tentunya berpotensi menjadi tempat persemaian ideologi radikal ekstrem.

Menurut Dhyah, Generasi muda merupakan salah satu komponen yang harus diperkuat dan memiliki daya tahan yang tinggi atas berbagai upaya infiltrasi ideologi radikal. 

"Lazuardi Birru yang dalam sejak tahun 2009 hingga kini konsisten melakukan pelatihan-pelatihan terkait pencegahan radikalisme dan penguatan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda akan terus fokus melakukan hal tersebut di tahun-tahun mendatang. Komunitas-komunitas keagamaan juga harus bersinergi dan waspada atas aktivitas organisasi radikal yang memanfaatkan masyarakat, terutama lembaga-lembaga keagamaan dan/atau tempat peribadatan sebagai wadah untuk berkonsolidasi dan membangun strategi gerakan radikal. Untuk itu semua pihak harus tetap waspada akan munculnya bahaya radikalisme dan terorisme di tahun mendatang," katanya dalam siaran pers yang diterima VIVAnews, Kamis 15 Desember 2011.

Dhyah mengimbau pemimpin di semua level dari pusat hingga daerah ikut serta dalam menyelesaikan berbagai persoalan radikalisme hingga ke akar persoalan yaitu pemahaman yang salah akan suatu ajaran tertentu. Begitu juga kepada masyarakat luas, diminta untuk membentengi diri dari berbagai paham radikal dan juga potensi aksi-aksi teror dari mereka yang beraliran radikal.

Dhyah mengatakan, Indonesia menjadi negara yang tidak aman jika pemimpin dan masyarakatnya tidak menghargai fakta Indonesia sebagai negara yang lahir dengan pluralitas. Hal ini merupakan fakta sosial, sekaligus kekayaan bangsa. (adi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya