Haru Biru Pahlawan Devisa di 2011

Tuty Tursilawati
Sumber :
  • Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI)

VIVAnews - Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di berbagai negara memberikan kontribusi signifikan bagi devisa negara ini. Tapi, perlindungan bagi pahlawan devisa ini masih minim. Berbagai kekerasan harus dialami sejumlah TKI.

Bahkan, beberapa diantara mereka harus meregang nyawa di tanah orang,  meski ada juga yang bisa kembali ke Tanah Air membawa kabar bahagia.

Hingga Oktober 2011, para TKI di mancanegara mengirim uang (remitansi) ke Tanah Air hingga US5,6 miliar atau sekitar Rp50,73 triliun.

Menurut Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Mohammad Jumhur Hidayat remitansi tersebut dikirim TKI yang bekerja di berbagai kawasan negara seperti Timur Tengah, Asia Pasifik, Amerika, Eropa, dan Australia.

“Dari jumlah itu sebagian besar dikirim oleh TKI yang berada di sektor informal penata laksana rumah tangga,” jelas Jumhur. Jumlah ini dihimpun dari pengiriman menggunakan jasa perbankan saja. Banyak juga TKI yang membawa pulang langsung uang mereka atau menitipkan melalui pihak lain. Perkiraan total, bisa mencapai Rp100 triliun. Wow!

Tapi, apakah sumbangan mereka sudah sebanding dengan perlindungan? Berikut sejumlah kisah para pahlawan devisa di tahun 2011:

Yuningsih binti Mahpud (Yuyun)

Sempat hilang dua tahun, Yuyun kembali ke rumah keluarga dalam kondisi tak bernyawa. Selain itu, keluarga juga mendapati sejumlah lebam di tubuh Yuyun.

Perwakilan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Fitroh Anggoro menyatakan Yuyun memang TKI asal Yordania. Tapi, yang bersangkutan meninggal di di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta, setelah dirawat selama enam hari.

Saat tiba  di Indonesia, 22 Desember lalu dari BNP2TKI Selapanjang, Yuyun bersama dua TKI lainnya mengalami depresi. Menyambung keterangan Fitroh, perwakilan Kemenakertrans Oscar Abdulracman menjelaskan, almarhum Yuyun berangkat dari shelter Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Aman, Yordania pada tanggal 21 Desember 2011, dan tiba di Indonesia tanggal 22 Desember 2011.

“Saya yang membawa almarhum bersama 53 TKI lain yang bermasalah di Yordania. Secara fisik, saat tiba di Indonesia almarhum dalam keadaan sehat. Almarhum bahkan sempat minta tolong kami untuk mengamankan barang pribadi miliknya yang dibawa dari Aman,” imbuh Oscar. Hingga kini, apa yang membuat Yuyun depresi dan akhirnya meninggal tak jelas betul.

Bayanah
Tenaga Kerja Wanita asal Desa Ranca Labuh Rt 07/01, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Banten, akhirnya kembali ke tanah air, 28 Desember lalu. Dia selamat dari hukuman mati dengan tuduhan membunuh anak majikannya di Arab Saudi.

Sejak April 2006 Bayanah dipenjara di Riyadh, Arab Saudi dengan tuduhan membunuh anak majikannya. Dalam persidangan, Bayanah terbukti tidak sengaja membunuh anak majikannya itu. Bayanah pun bisa bebas dan membayar diat sebesar 55 ribu real.

Tuti Tursilawati
TKI asal Majalengka, Jawa Barat ini bersiap menghadapi kematian dengan hukuman pancung karena kasus pembunuhan. Semula, keluarga menerima kabar Tuti akan dieksekusi November lalu setelah Lebaran Haji. Namun, hingga kini tak jelas bagaimana nasib Tuti di Arab Saudi.

Keluarga Tuti sudah mendatangi DPR RI untuk meminta pembebasan putrinya dari hukuman pancung di Arab Saudi, 11November lalu. Dia datang sekitar pukul 10.00 WIB, didampingi oleh istrinya, Iti Sarniti, dan paman Tuti, Saman.

Selain itu, keluarga Tuti juga didampingi oleh aktivis buruh dari Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) serta Anggota DPR RI Komisi IX, Rieke Dyah Pitaloka.

"Pertama, kami mohon pada dewan untuk menyelamatkan anak saya yang terancam hukuman pancung di Saudi. Kedua, mohon kami ingin bisa menjenguk anak saya," kata Warjuki.

Sementara itu, Iti Sarniti juga mengungkapkan keinginannya untuk bertemu putrinya itu. "Seandainya tahu hukuman ini, yang tabah, sabar. Saya berharap mudah-mudahan jangan sampai terjadi hukuman pancung ini. Dia bisa dipulangkan ke Indonesia kembali," kata Warjuki.

Simon Sitepu
TKI asal Sumatera Utara yang tewas tertimpa alat berat di Kedah, Malaysia, pada 14 Oktober lalu. Saat jasad kembali ke tanah air, keluarga mengamuk ke Konsulat Jenderal Malaysia di Medan, Rabu 19 Oktober 2011. Pasalnya, jasad yang mereka terima bukan anggota keluarga mereka.

Emosi mereka tidak terbendung lagi mengetahui jenazah Simon tertukar dengan jenazah orang lain, sementara mereka telah mengeluarkan dana pribadi jutaan rupiah untuk memulangkan Simon.

Mereka semakin marah lantaran protes mereka tidak ditanggapi oleh pihak Konjen. Tidak ada satu pun perwakilan Konjen Malaysia yang keluar untuk menghampiri mereka.

Selasa 18 Oktober 2011, keluarga Simon menjemput jenazah Simon di Bandara Polonia, Medan. Jasad Simon dikirim dengan pesawat Sriwijaya Air SJ103. Pesawat itu berangkat dari Malaysia pukul 09.00 WIB dan tiba di Polonia pukul 11.00 WIB. Namun saat dibuka, peti yang bertuliskan nama Simon ternyata berisi Ronny, warga Kutacane.

Duduh Bachtiar Bin Nahrowi

Pria 39 tahun ini menjadi korban pembunuhan di Arab Saudi. Jasad korban ditemukan di Pantai Dammam, Arab Saudi dengan bekas jeratan di leher. Duduh berasal Kampung Selajambe RT 09/04, Desa Selajambe, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, dikabarkan menjadi korban pembunuhan di Arab Saudi.

Gerson Nomeni
TKI asal Desa Bonleu, Kecamatan Molo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini meninggal perkebunan kelapa sawit Malaysia pada Juli lalu. Tapi, Keluarga belum mengetahui penyebab meninggalnya Gerson.

Tapi jasad Gerson harus terkatung-katung di Malaysia hingga sebulan. "Tidak diketahui pasti, mengapa jenazah anak kami belum dipulangkan," kata juru bicara keluarga, Alosius Sau, yang dihubungi di Kupang, NTT, Jumat 26 Agustus 2011.

Ernawati binti Sujono
Keluarga menerima informasi bahwa Ernawati meninggal di Arab Saudi karena menenggak racun serangga. Tapi, keluarga TKI asal  Desa Ngeseng, Karang Rowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus ini menemukan kejanggalan.

"Kami, keluarga, melihat banyak keganjilan pada kematian Erna. Kami akan langsung otopsi ulang di RSCM," ujar Yenny Larasati, kakak kandung korban, Jumat, 29 Juli 2011.

Menurut Yenny, keluarga tidak serta merta menerima alasan kematian yang diumumkan Pemerintah Arab Saudi. Keyakinan keluarga bukan tanpa alasan. Sebab, sebelum dikabarkan meninggal, Ernawati pernah menghubungi keluarga dan mengatakan dirinya disiksa majikannya di Ryad.

Ruyati
Ini kisah TKI yang paling mengenaskan. Tak ada informasi ke Tanah Air, Ruyati sudah dipancung 18 Juni 2011. Keluarga malah mengetahui Ruyati sudah meregang nyawa di Arab Saudi dari lembaga swadaya masyarakat, bukan dari pemerintah.

Keluarga Ruyati berang dan menyatakan pemerintah tidak memberikan bantuan hukum yang memadai saat Ruyati dililit persoalan hukum, pembunuhan di Arab Saudi.

"Pemancungan terjadi karena kelalaian negara yang tidak melaksanakan pembelaan hukum secara maksimal," kata Direktur Eksekutif Migrant CARE, Anis Hidayah usai mendampingi anak Ruyati,  Een Nuraenah, ke Arab Saudi. Mereka melakukan investigasi.

Darsem binti Dawud
TKI asal Jawa Barat ini berhasil lolos dari hukuman mati di Yaman karena kasus pembunuhan majikan. Dia lolos setelah pemerintah RI menyerahkan uang diyat (uang pemaafan) senilai SR 2 juta riyal atau sebesar Rp 4,6 miliar untuk pembebasan Darsem.

Namun, Darsem belakangan diterpa isu negatif saat pengacaranya mengungkapkan Darsem hidup mewah dari hasil uang yang dikumpulkan pemirsa tvOne. Meski kemudian ayah Darsem membantah.

Rosita binti Saadah

Satu lagi tenaga kerja Indonesia berhasil lolos dari pedang pancung di Timur Tengah, setelah didakwa membunuh, Agustus lalu. Yang “luar biasa”, Rosita binti Saadah, ibu satu anak yang beralamat di Batu Ampar, Jakarta itu, selamat pulang ke Tanah Air, tanpa bantuan apapun dari pemerintah.

Dibebaskan setelah mendekam di Penjara Fujairah, Uni Emirat Arab, selama 20 bulan, Rosita mengaku sempat ditawari bekerja di rumah wakil kepala sipir. Tawaran itu ditampik, dia pun dibelikan tiket pulang ke Indonesia. "Mengapa pemerintah tidak tahu saya pulang?" Rosita bertanya.

Darwati
TKW Majalengka ini tewas di Arab Saudi setelah dihantam benda tumpul di sekujur tubuh. Dia tewas di toilet majikan.

Berita Darwati dimuat di sebuah media lokal, Kamis, 31 Maret lalu. Korban, yang belakangan diketahui bernama Aan Darwati Binti Udin Encup berasal dari  Majalengka, Jawa Barat. Wanita berusia 37 tahun ini diduga dibunuh. Dihabisi di toilet rumah si tuan rumah di Kota Mekah, Arab Saudi.

Polisi telah menemukan sejumlah petunjuk dari luka memar yang diduga benturan benda tumpul yang ditemukan di tubuh wanita malang ini. Termasuk memar di bahu dan lengan bawah. Atas dasar  itu, Komisi Penyelidikan dan Penuntutan kota Makkah kemudian memeriksa majikan korban.

TKN Sebut Puluhan Ribu Pendukung Prabowo-Gibran Akan Ajukan Diri Jadi Amicus Curiae
Penyeberangan ASDP.

ASDP Catat 98,2 Persen Penumpang Ferry Sudah Punya Tiket saat Sampai Pelabuhan

PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) mengungkapkan, pengguna jasa penyeberangan kini lebih baik dalam mempersiapkan perjalanan sejak jauh hari.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024