Kena Atresia Bilier, Perut Bayi Membengkak

Karen Nafisa yang kena atresia bilier memegang mainan
Sumber :
  • VIVAnews/ M Ikram

VIVAnews - Malang nian nasib bayi berumur 1,5 tahun di Samarinda ini. Empedu dan hatinya tak berfungsi normal  sehingga makanan tidak tercerna dengan baik. Racun sisa pencernaan makanan itu mengendap dan merusak hati.

Perut bayi bernama lengkap Karen Nafisa itupun menggelembung seperti balon. Beratnya membengkak. Kini, bobot tubuh Karen sekitar 10 kilogram.

Karen mengidap penyakit Atresia Bilier atau tidak terbentuknya saluran empedu. Akibatnya, makanan yang dikonsumsinya tidak tercerna dengan baik. Racun dari sisa makanan itu kemudian merusak hati dan mengganggu sistem pencernaannya.

Penyakit yang tergolong langka itu mulai berkembang biak di tubuh Karen sejak bocah itu berusia 6 bulan. Ketika itu, di sekitar perutnya ada benjolan yang keras. Waktu itu, bentuk badan Karen masih normal. Perutnya pun belum membuncit. Namun, seiring waktu, perutnya mulai membesar.

"Dia dibawa ke rumah sakit waktu masih umur 7 bulanan. Saya ingat, dia dibawa ke rumah sakit dua mingguan sebelum puasa," ujar Yatmi, nenek kandung Karen.

Rumah sakit yang dimaksud oleh Yatmi adalah RS. Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda. Karen kini memang hanya tinggal dengan neneknya. Orangtua Karen tak pernah lagi menjenguknya sejak dia mengidap penyakit berbahaya itu.

"Orangtuanya  dulu tinggal di sini. Tapi sudah pindah. Sekarang, Karen saya yang mengurus," katanya.

Karen kecil terlihat lincah. Meski perutnya membesar melebihi bobot badannya, namun dia terlihat riang. Sore itu, Karen terlihat bermain dengan mainan plastik yang diberikan neneknya. Sesekali, tawa bocah itu pecah. Kadang, Karen juga mengajak neneknya agar mengajarinya berjalan. Tapi, tubuh tua Yatmi tak lagi sanggup menahan berat Karen.

"Saya cuma sanggup menggendong dia sebentar saja. Berat betul," tuturnya.

Kasus serupa dengan Karen sebelumnya pernah juga terjadi di Samarinda. Seorang bayi bernama Bilqis Anindya Passa mengidap penyakit Atresia Bilier.

Gak Percaya Anaknya Biasa Pakai Narkoba, Ibunda Chandrika Chika: Saya Tau Anak Saya Seperti Apa

Sama seperti kasus Karen, orangtua Bilqis juga tak sanggup menanggung biaya pengobatan. Sekadar informasi, untuk mengobati penyakit kelainan empedu itu, dana yang mesti disiapkan Rp1 miliar. Uang sebesar itu digunakan untuk pencangkokan hati dan empedunya yang rusak.

"Waktu di rumah sakit, saya diminta dokter menyiapkan uang Rp800 juta sampai Rp1 miliar," kata Yatmi. "Saya kaget, dari mana harus mencari uang sebanyak itu. Akhirnya, setelah hasil scan terhadap Karen keluar, saya keluarkan dia dari rumah sakit," tuturnya.

Karen memang tak bertingkah seperti orang sakit. Tapi, bila datang sakitnya, dia akan menangis terus tak mau berhenti. Untuk mengurangi penderitaan Karen, terkadang Yatmi membelikannya obat bernama Melia Propolis. Namun sayang, harga obat tetes itu mahalnya bukan kepalang. Satu pak yang berisi 5 obat, dia mesti merogoh kocek hingga Rp600 ribu. Itu harga yang sungguh mahal untuk wanita paruh baya tersebut.

Kadang, dia juga membelikan cucunya itu sari buah merah. Obat yang pohonnya banyak tumbuh di Papua itu berharga Rp200 ribu.
"Harga obatnya mahal-mahal. Saya harus sisihkan uang lebih untuk membeli obatnya," tuturnya.

Di Samarinda, Yatmi tinggal di Jalan Harun Nafsi Gang Tugul RT 8 Kelurahan Rapak Dalam, Kecamatan Loa Janan Ilir. Sampai sekarang, belum sekalipun Yatmi merasakan bantuan dari pemerintah. "Ini cucu pertama saya. Meski setengah mati, saya akan berusaha mengobatinya," katanya. (ren)

Laporan M Ikram | Samarinda

Suku Bunga BI Naik, Apindo Ungkap 3 Tantangan Ini Hantui Pengusaha
Juru Bicara Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) Refly Harun saat diwawancarai oleh wartawan di Padang, Sumatra Barat, Selasa, 28 November 2023.

Refly Harun: Anies-Muhaimin Pengkhianat Jika Gabung Pemerintah

Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun, memberikan tanggapannya terkait peluang pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar bergabung ke Pemerintahan usai kalah di Pilpres.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024