Imparsial

Ungkap Hasil Uji Balistik Penembakan Aceh

Ilustrasi aksi penembakan.
Sumber :
  • ANTARA/Andika Wahyu

VIVAnews - Imparsial mendesak kepolisian mengungkapkan hasil uji balistik proyektil dari senjata yang digunakan dalam rentetan penembakan di Aceh kepada publik.

"Polisi tidak pernah mengungkapkan hasil balistiknya, apakah itu dari TNI, Polri atau senjata gelap," kata Peneliti Imparsial Swandaru di Kantor Imparsial, Jalan Slamet Riyadi, Jakarta Pusat, Jumat 6 Januari 2012.

Menurut dia, jika polisi mengungkap hasil uji balistik, kata dia, maka penembak misterius itu akan terungkap.

Swandaru menambahkan, kasus penembakan yang terjadi di Aceh paling banyak menggunakan senjata AK 47. Namun, belum diketahui apakah senjata ini adalah senjata legal atau ilegal.

Sementara, Direktur Program Imparsial Al Araf mengatakan, bahwa polisi tidak serius menangani peredaran senjata di Aceh.

"Tahun 2006 kami sudah memberikan masukan, bahwa waktu itu kekerasan pakai senjata tinggi sebelum ada pemilu 2009. Polisi ini tidak serius menangani peredaran senjata, sehingga dampakmya jadi seperti sekarang," kata dia.

Imparsial dan Aceh Judicial Monitoring Institute (AJMI) mencatat sepanjang tahun 2011 hingga 2012 di Aceh telah terjadi kasus penembakan sebanyak 17 kali. Sementara korban meninggal sebanyak 15 orang, dan luka-luka 17 orang. Sebanyak 14 kasus dilakukan oleh orang tidak dikenal, satu kasus dilakukan oleh warga Aceh, dan dua kasus dilakukan oleh oknum TNI dan Polri.

Al Araf meminta kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mengevaluasi terhadap kinerja BIN dan TNI di Aceh. Selain itu, imparsial juga meminta kepada kepolisian agar memiliki tenggat waktu untuk menuntaskan kasus ini.

"Imparsial sudah mengingatkan ini, yang penting adalah mengontrol peredaran senjata api di Aceh baik yang legal maupun ilegal. Kami berharap agar kedamaian di Aceh tidak dirusak oleh kejadian ini," kata dia.

Sebelumnya, Kapolda Aceh, Irjen Pol Iskandar Hasan mengatakan polisi sangat serius untuk menarik senjata api yang beredar di masyarakat Aceh. Polda Aceh dan jajarannya gencar melakukan razia.

Iskandar mengakui senjata sisa konflik di Aceh masih banyak. Kata dia, selama dirinya menjabat Kapolda sejak dua tahun terakhir saja, sudah ada  43 pucuk senjata organik yang berhasil disita polisi.

“Peluru yang berhasil kita kumpulkan ada 7.000 butir, granat puluhan buah.  Mungkin saja para pelaku kriminal ini membeli senjata zaman konflik untuk melakukan aksinya,” ujarnya.

Pabrik Super Canggih Xiaomi Bikin Mobil Listrik Tiap 76 Detik

Iskandar juga menyebutkan beberapa kasus kekerasan menggunakan senjata yang berhasil diungkap polisi juga menemukan adanya pelaku yang menyewa senjata dari temannya yang masih menyimpan senjata sisa konfik untuk melakukan kejahatan. 

Jadi, kata dia,  kemungkinan masih banyaknya senjata sisa konflik yang beredar di Aceh cukup tinggi. “Kami mengimbau agar yang masih menyimpan senjata segera menyerahkannya ke polisi,” ujarnya.

Seneng Ke Indonesia, YoungK Day6 Ngaku Ketagihan Sop Buntut Sampe Mi Ayam
Kemenkominfo mengadakan kegiatan Chip In

Tiket Keliling Nusantara: Hanya Dengan Konten Saja!

Tingkat indeks literasi digital tersebut belum dapat menjamin jika seluruh masyarakat dapat memaksimalkan pembuatan konten di media sosial.

img_title
VIVA.co.id
5 Mei 2024