Cuaca Ekstrem, Warga NTB Gelar Rebo Buntung

Sedekah Laut
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - Beberapa bulan terakhir, cuaca ekstrem melanda wilayah Nusantara. Berbagai musibah, mulai tanah longsor hingga banjir telah menimpa sejumlah daerah. Sejumlah korban jiwa telah berjatuhan.

Tak mau wilayahnya terkena bencana karena cuaca ekstrem itu, sebagian masyarakat di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, menggelar ritual tolak bala. Di Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur misalnya, masyarakat berkumpul di Pantai Tanjung Menangis Ketapang untuk menggelar acara Rebo Buntung dan tetulak tamperan.

Dalam kebudayaan masyarakat Lombok, ritual Rebo Buntung itu dipercaya sebagai ritual tolak bala dan bentuk syukur atas nikmat dari Tuhan. Ritual Rebo Buntung terdiri dari rangkaian beberapa ritual yang telah dilakukan sejak berlangsung sejak tanggal 15 Januari 2012. Puncak ritual itu pada hari Rabu 18 Januari 2012.

Berbagai acara hiburan digelar untuk menghibur warga seperti pagelaran musik tradisional Lombok, wayang, dan pagelaran musik. Ribuan warga Lombok Timur datang untuk menyaksikan puncak ritual Rebo Buntung tersebut.

Pada puncak acara ritual itu, sejumlah tokoh adat setempat menggelar larung kepala kerbau ke tengah laut. Kepala kerbau itu dibungkus kain putih, diletakkan di atas nampan yang terbuat dari tanah liat. Selain kepala kerbau itu, juga disiapkan sesaji yang dibentuk sedemikian rupa.

Sesaji itu terdiri atas hasil bumi seperti buah-buahan, padi, serta berbagai jenis makanan, dan anak ayam hidup. Seluruh sesaji dan kepala kerbau itu selanjutnya dilarung ke laut dengan menggunakan tiga perahu.

Sebelum proses pelarungan, seluruh sesaji itu dido'akan oleh tokoh adat setempat. Bahkan Bupati Lombok Timur Sukiman Azmi yang hadir dalam ritual adat itu didaulat untuk menyirami kepala kerbau tersebut dengan air kembang. Siraman itu dimaksudkan sebagai tanda resminya ritual adat Rebo Buntung tersebut.

Sukiman Azmi mengatakan prosesi ritual adat Rebo Buntung tersebut merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Ritual adat tersebut dimaksudkan sebagai tolak bala dan bentuk rasa syukur masyarakat. "Ritual Rebo Buntung dan tetulak tamperan dimaksudkan untuk menjaga kelestarian budaya. Kita berharap ritual ini dimaknai sebagai bentuk rasa syukur pada nikmat pencipta," kata Sukiman.

Menurutnya ritual adat tersebut juga menjadi salah satu kegiatan yang diharapkan dapat menarik wisatawan. Lagi pula Pantai Tanjung Menangis sebagai salah satu pantai yang indah dan cocok untuk wisatawan.

Usai prosesi larung kepala kerbau dan sesaji, masyarakat langsung beramai-ramai terjun ke laut untuk mandi bersama. Itu dilakukan untuk membersihkan diri dari berbagai kesalahan dan dipercaya dapat menolak bala dan bencana. "Dengan membersihkan diri kita berharap dapat terbebas dari niat buruk sehingga berdampak pada kehidupan bermasyarakat dan terciptanya kedamaian"ujar sukiman.

Sementara itu menurut Khaeriyah, warga Peringgabaya, ritual adat Rebo Buntung itu dinilai sebagai ritual tahunan yang dipercaya dapat mendatangkan rezeki. Setidaknya, Khaeriyah yang kesehariannya berjualan nasi dapat menambah pendapatannya selama berjualan di areal acara itu. "Kami berharap pemerintah mendukung kegiatan adat seperti ini karena berdampak langsung pada masyarakat kecil seperti saya ini,"ujarnya.

Tidak hanya itu, Khaeriyah juga berharap pemerintah daerah terutama Kabupaten Lombok Timur memperbaiki akses jalan menuju lokasi Pantai Tanjung Menangis. Pasalnya hingga saat ini ruas jalan menuju lokasi ritual adat tersebut rusak parah. Bahkan kubangan lumpur kerap mewarnai jalan terutama saat musim hujan. (eh)

Vespa World Days 2024 Pecahkan Rekor di Pontedera
Bimbingan Menulis Maxnovel (Doc: Istimewa)

Gandeng Sejumlah Kampus di Indonesia, Maxnovel Tumbuhkan Minat Baca Melalui Karya Fiksi

MaxNovel bersama dengan berbagai universitas di Indonesia, termasuk LP3I, bekerja sama dalam rangka memberdayakan kemampuan para penulis muda.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024