- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Mantan Komandan Jenderal Kopasus Prabowo Subianto setuju dengan pembelian alat tempur tank Leopard bekas asal Belanda. Prabowo tidak mempermasalahkan spesifikasi tank, yang paling penting adalah harga.
"Kalau saya, asal harganya tidak terlalu mahal saya kira oke-oke saja," kata Prabowo Subianto yang juga ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, usai menghadiri acara Perempuan Indonesia Raya Gerindra di Jakarta Selatan, Sabtu 21 Januari 2012.
Bagi Prabowo, bila pemerintah menilai perlu pengadaan tank untuk memenuhi kebutuhan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI, maka sebaiknya segera direalisasikan. Bahkan, Prabowo menilai layak bagi pemerintah untuk mengejar agar bisa mendapatkan tank itu dari Belanda.
"Kalau mereka mau jual, ya kita beli. Kalau tidak jual, ya tidak (beli)," kata Prabowo.
Saat ini, pemerintah dan DPR terlibat perang opini terkait perlu tidaknya membeli tank Leopard bekas yang diobral murah Belanda. Bagi Kementerian Pertahanan, ini kesempatan, mumpung Negeri Kincir Angin sedang terpaksa mengurangi alat utama sistem pertahanan (alutsista) gara-gara hantaman krisis Eropa.
Sebaliknya, DPR beranggapan, kendaraan tempur kategori Main Battle Tank itu tak cocok digunakan di Tanah Air. Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo bersikukuh, Leopard cocok digunakan untuk kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Apalagi, negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Kamboja sudah punya tank bikinan Jerman yang masuk lima besar termodern di dunia itu.
Sebaliknya, Wakil Ketua Komisi I, Tubagus Hasanuddin mengatakan, pihaknya tidak asal menolak rencana pembelian tank Leopard bekas dari Belanda. Penolakan yang dilakukan oleh DPR itu telah didasari analisis yang objektif.
"Saya dan teman-teman dengan sungguh-sungguh mempelajari dengan seksama tentang keunggulan dan kelemahan tank Leopard bekas yang akan dibeli TNI dengan harga cukup mahal, dan kemudian menyatakan menolak pembelian itu," ujar Tubagus dalam pesan singkat kepada VIVAnews, Rabu 18 Januari 2012. (art)
Siswi SMA Negeri 2 Maumere Dilarang Ikut Ujian Gegara Nunggak Rp50 Ribu
Dian, siswi SMA Negeri 2 Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku tidak diperkenankan mengikuti ujian lantaran memiliki tunggakan uang sekolah
