- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews -- Kepala Polisi Jenderal Timur Pradopo mengatakan akan mengedepankan tokoh-tokoh formal dan informal untuk menangani bentrok antar warga terjadi di Desa Pelauw, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Jumat 10 Februari malam hingga Sabtu 11 Februari 2012.
"Ini kan di luar kota Ambon ya, ada pulau tersendiri. Masalah-masalah adat, jadi kami kedepankan tokoh-tokoh formal maupun informal, itu yang kami lakukan dan sedang dalam proses," ujar Timur sebelum RPTM membahas masalah bidang Polhukam di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Senin 13 Februari 2012.
Timur mengatakan tidak ada pengamanan khusus di wilayah tersebut pasca bentrok. "Penanganan khusus oleh Polres saja," ungkapnya.
Seperti diketahui, akibat bentrok tersebut, lima orang tewas dan 300 rumah terbakar.
Kabid Humas Polda Maluku, AKBP Johanes Huwae, mengatakan dirinya belum bisa menyebutkan identitas korban tewas dan terluka karena polisi masih melakukan identifikasi.
Huwae menjelaskan, bentrokan tersebut dipicu perbedaan penentuan waktu peresmian rumah adat marga Salampessy, antara marga Salampessy belakang dan Salampessy Muk, di Desa Pelauw.
Perbedaan itulah kemudian memicu ketegangan selama beberapa hari ini, sehingga terjadi bentrokan besar. Dia menyatakan, warga terlibat bentrokan itu masih saudara kandung saja dan bentrokan merembet lebih besar karena warga yang menjadi korban memiliki hubungan kekeluargaan dengan warga lainnya.
Untuk melerai massa, Polda Maluku mengirim dua satuan setingkat kompi (SSK) aparat gabungan Polres Pulau Ambon, Sabhara dan Brimob Polda Maluku, yang dipimpin Dir Pol Air Polda Maluku Kombes Putut Prayogi. (eh)