30 Ton Ikan Keramba Maninjau Mati

Ikan Teri
Sumber :
  • nautilus-consultants.co.uk

VIVAnews - Puluhan ton ikan keramba apung di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mati sebelum sempat dipanen petani keramba setempat. Mereka merugi miliaran rupiah.

Tubo belerang atau racun belerang diduga menjadi kambing hitam penyebab kematian puluhan ton ikan air tawar yang sejak sepuluh tahun terakhir terus berulang. Kepala Dinas Perikanan Sumbar, Yosmeri mengaku, dalam dua hari belakangan sekitar 30 ton ikan keramba apung di Danau Maninjau mengambang menjadi bangkai.

"Ini persoalan lama yang terjadi saat perubahan iklim, pusaran angin membalikkan dasar air danau ke atas sehingga oksigen di dalam air menipis," ujar Yosmeri pada VIVAnews, Rabu, 15 Februari 2012. Tubo belerang pun, menurutnya, menjadi penyebab matinya ikan-ikan di keramba.

Perubahan arus air danau yang terjadi saat hembusan angin darat ditengarai menjadi penyebab utama ikan-ikan yang berbobot  besar rentan mati. Dan, tambah Yosmeri, keramba yang berada di pinggir danau menjadi lokasi yang terparah terkena ‘tubo belerang’.

"Mestinya keramba di arahkan lebih ke tengah danau dengan jarak sekitar 100 meter dari pinggir," ujarnya. Dalam jarak tersebut, kedalaman air diprediksi mencapai sekitar 10 meter dengan jarak per blok keramba di atas 10 meter.

Kondisi saat ini, hampir di selingkar pinggir Danau Maninjau, keramba apung mewarnai danau yang muncul akibat letusan gunung berapi. Selain itu, menurutnya, warga yang berprofesi sebagai petani keramba memanajemen musim panen berdasarkan pergerakan musim.


Kerusakan Lingkungan

Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) cabang Sumbar, Ade Edward yang dikonfirmasi terkait ini mengatakan, Danau Maninjau tidak mungkin mengeluarkan belerang. Istilah ‘tubo belerang’ yang ditengarai sebagai penyebab matinya ikan keramba petani di Danau Maninjau, dinilainya menyesatkan.

"Danau Maninjau itu merupakan kaldera gunung api yang sudah tidak aktif, tidak ada aktivitas gunung api di sana, baik gempa maupun belerang. Ini tidak benar," kata Ade.

Menurut Ade, penyebab kematian puluhan ton ikan petani keramba setempat murni karena kerusakan lingkungan yang terjadi di danau tersebut. Padatnya keramba ikan menyebabkan penumpukan pangan ikan di dasar danau.

Perubahan iklim, menurutnya, hanya bersifat untuk menetralisir kerusakan lingkungan yang terjadi di danau. "Alam punya caranya sendiri untuk menetralisir itu, dan ini bukan bencana, tapi murni karena kerusakan yang terjadi di danau," tambahnya.

Angin kencang yang terjadi di permukaan danau menyebabkan arus konfeksi (arus balik) sehingga semua kotoran di dasar danau terangkat ke permukaan. Kondisi ini yang menyebabkan oksigen di permukaan danau menjadi menipis sehingga ikan-ikan di keramba mati lemas.

Menurutnya, hasil penelitian sejumlah lembaga seperti LIPI dan ITB beberapa waktu lalu menyimpulkan, jumlah keramba apung di danau tersebut sudah melebihi daya dukung alam untuk menetralisir kerusakan yang ditimbulkan. "Rekomendasi LIPI dan ITB saat itu, jumlah keramba apung yang layak dikembangkan di Danau Maninjau sekitar 10 persen dari jumlah keramba yang ada sekarang," ujarnya.

 
Dilema

Pengurangan jumlah keramba yang dihasilkan berdasarkan rekomendasi LIPI dan ITB menjadi dilema bagi warga di sekitar danau.  Menurut Suardi Mahmud, warga setempat, kondisi ini dilematis karena warga di sekitar danau menggantungan hidup pada keramba apung. "Ini persoalannya, satu sisi masyarakat menggantungan hidupnya dengan keramba-keramba tersebut," ujar Suardi.

Diakuinya kasus ini telah dalam rentang waktu sekitar 10 tahun belakangan. "Sebelum-sebelumnya kondisi ini tidak pernah terjadi," tambah Suardi.

Buruknya kondisi dasar danau akibat pangan ikan menjadi penyebab kasus serupa selalu berulang setiap tahunnya. Hal ini, menurutnya, juga diperburuk dengan operasional pembangkit listrik yang dioperasikan memanfaatkan arus Danau Maninjau. (eh)

Tips Wujudkan Rumah Nyaman dan Sehat dengan Cat Dinding yang Tepat
Ilustrasi orang tewas

Viral Isak Tangis Bocah Pecah Melihat Kepergian Ibunya yang Tewas Dibacok Ayahnya: Kenapa Bukan Aku?

Merasa tidak terima ibunya dibacok hingga dibuat tewas, anak itu lebih memilih dirinya yang dilibas. Hal tersebut dikarenakan, ibunya itu masih perlu merawat adik bayinya

img_title
VIVA.co.id
8 Mei 2024