Massa Kepung Markas Polda Papua

Kerusuhan pacsa Kongres Rakyat Papua III
Sumber :
  • REUTERS/ Stringer

VIVAnews - Ratusan orang mengepung Markas Polda Papua di Jalan Samratulangi Jayapura, Jumat 17 Februari. Pengepungan dilakukan terkait rencana polisi menahan Elvis Tabuni dan Simon Alom, dua tokoh politik Kabupaten Puncak, Papua.

Massa memadati halaman Polda hingga luar pagar sejak pukul 16.00 WIT. Berdasarkan pantauan VIVAnews, hingga malam ini massa masih bertahan. Mereka menunggu pemeriksaan terhadap Elvis Tabuni yang juga ketua DPRD Puncak.

Sejumlah anggota DPRD Puncak juga terlihat berada di Markas Polda Papua. Salah seorang anggota DPRD Puncak, Kalion H, mengatakan penangkapan terhadap kedua tokoh politik itu tidak akan menyelesaikan persoalan di Puncak. "Mereka berdua ditangkap, para pendukungnya nanti akan marah dan bentrok akan terus berlanjut," ucapnya.

Sebaiknya, lanjut dia, Polisi menjadi mediasi bagi keduanya, untuk mendamaikan. "Kami hadir di sini untuk meminta Polisi menjadi mediator bagi keduanya, untuk berdamai menghentikan konflik," tukasnya.

Menurut dia, sejak terjadinya bentrok, kondisi Puncak sangat memprihatinkan. Tidak ada lagi aktivitas pemerintahan maupun ekonomi serta sekolah. "Semua guru pergi tinggalkan Puncak, ada yang ke Timika, Nabire, dan Jayapura. Semua sekolah tidak ada yang beraktivitas. Kantor pemerintah juga tidak ada pelayanan, semua pegawai pergi mengungsi, sama seperti para pedagang, juga memilih mengungsi," paparnya.

Sementara itu, Wakapolda Papua, Brigjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan, pihaknya tetap mengupayakan mediasi bagi kedua kubu untuk berdamai. "Langkah kami tetap mengedepankan mereka berdua menghentikan aksi kekerasan para pendukungnya, tapi jika mediasi ini juga tak diindahkan keduanya, polisi akan tetap memproses secara hukum keduanya," tegas Paulus.

Menurut Paulus, polisi memanggil kedua tokoh politik Puncak itu, karena bentrok masih terus berlanjut dan korban semakin banyak. "Ini konflik sudah terjadi sejak Juli tahun lalu, dan terus berlanjut. Polisi menilai kedua tokoh ini bertanggung jawab, sehingga memanggil mereka," ujar Paulus. Dia menambahkan, meski keduanya diperiksa tapi statusnya masih saksi.

Konflik di Puncak terjadi sejak 30 Juli 2011, dipicu rekomendasi ganda yang dikeluarkan Partai Gerindra bagi Simon Alom dan Elvis Tabuni. Bentrok kemudian berlanjut bahkan melibatkan anak-anak. Belakangan informasi yang didapat, kelompok separatis OPM juga ambil bagian dalam bentrok itu, sehingga yang tadinya perang masih menggunakan panah dan parang, saat ini sudah aksi baku tembak Wakapolda. (umi)

Keren! Lukisan Karya Putri Poppy Dharsono yang Berkebutuhan Khusus, Mejeng di Pameran IFI Wijaya
Warga korban banjir bergotong royong menyeberangkan kendaraan mereka menggunakan rakit anyaman dari bambu dan kayu di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Jumat, 10 Mei 2024.

Ratusan Korban Banjir di Sulawesi Tenggara Mengungungsi Mandiri, Menurut BNPB

BNPB melaporkan ratusan korban banjir di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, memilih untuk mengungsi secara mandiri ke rumah kerabat terdekat.

img_title
VIVA.co.id
11 Mei 2024