- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Ketua Umum Palang Merah Indonesia, Jusuf Kalla menilai pentingnya lembaga kemanusiaan Indonesia dimasukkan dalam Undang-Undang. Termasuk lambangnya.
Selama ini, kata Jusuf Kalla, pengaturan lambang hanya sebatas dalam konvensi, maka perlu dikokohkan dengan memasukkannya ke dalam UU.
"Lambang PMI itu ada dua gunanya, pengenal dan penyelamatan. Yang menggunakan lambang palang merah itu, PMI dan TNI. Kalau TNI pakai itu kan tidak boleh ditembak, makanya perlu Undang-Undang," kata JK, sapaan Jusuf Kalla, di kantor PMI, Jakarta, Jumat 28 September 2012.
Meski begitu, dia tidak mempermasalahkan lambang lembaga kemanusiaan di Indonesia. Apakah itu palang merah atau bulan sabit merah. "Sama saja, dua-duanya diakui," kata dia.
Namun dia keberatan, jika lambang palang merah selama ini yang digunakan oleh PMI dianggap sebagai lambang agama Kristen.
"Saya keberatan kalau palang ini dianggap sebagai lambang Kristen. Karena itu bentuknya tambah, kalau salib panjang kakinya," kata dia.
Sebelumnya, Wakil Ketua Badan Legislasi DPR, Dimyati Natakusumah mengatakan, pentingnya penentuan lambang lembaga kemanusiaan di Indonesia.
Sebab, hingga saat ini Indonesia belum menentukan salah satu dari dua lambang lembaga bantuan kemanusiaan yang ada, yakni palang merah atau bulan sabit merah. Karena itulah, menurut dia, Palang Merah Indonesia (PMI) saat ini belum diakui oleh dunia sebagai lembaga kemanusiaan.
"Indonesia itu belum diakui karena belum memilih lambang kemanusiaan," kata Dimyati di Gedung DPR, Kamis 13 September 2012.
Soal apakah lambang palang merah akan diganti dengan bulan sabit merah, belum diputuskan.
Badan Legislasi DPR baru-baru ini berkunjung ke Denmark dan Turki untuk menentukan lambang lembaga kemanusiaan dalam rangka penyusunan RUU. Lawatan ini keras dikritik. Banyak yang mempertanyakan atas urgensi apa soal penentuan lambang PMI saja sampai harus melancong keluar negeri.
Tim Baleg DPR yang ikut dalam rombongan studi banding RUU PMI ke Denmark dan Turki berjumlah 30 orang. Empat orang di antaranya adalah pimpinan Baleg dan 26 lainnya anggota. Tim dibagi dua, 13 ke Turki dan sisanya ke Denmark. (eh)
Hidup dengan Kepala Menempel Selama 62 Tahun, Kembar Siam Tertua di Dunia Tutup Usia
Kembar siam tertua di dunia meninggal pada usia 62 tahun. Guinness World Records mengkonfirmasi kematian tersebut dalam sebuah pengumuman pada hari Jumat 12 April 2024.
