VIVAnews - Warga di Jalan Purnama, Kompleks Purnama Permai, Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Senin 1 Oktober 2012, mendadak heboh. Gara-garanya, ada seorang pria yang mencoba bunuh diri dari atap rumah penduduk.
Pria itu bernama Edo. Pria asal Sulawesi Selatan ini nangkring di atap rumah Yusuf Ibrahim yang berlantai dua. Di ketinggian belasan meter. Warga sekitar berbondong melihatnya aksi nekat itu.
Sesekali warga memanggilnya, supaya Edo mau turun. Tapi seruan warga itu tak dianggap sama sekali. Karena khawatir, warga kemudian memanggil polisi.
Sejumlah anggota polisi yang datang juga dibuat kalang kabut. Polisi menerjunkan tim Gegana Polda Kalbar dan Tim SAR Pontianak. Mereka berupaya mengevakuasi pria yang diduga stres ini.
"Dari kemarin dia ada disini. Pagi-pagi naik ke atap rumah milik saya, di lantai dua. Dia mengaku bernama Edo. Dia ini TKI Malaysia," kata Yusuf Ibrahim.
Yusuf menuturkan, di sekitar rumhnya memang terdapat sejumlah penampungan TKI. Lokasi tepatnya ada di Gang Perintis Jalan Purnama. "Kemungkinan, dia ini tidak diberangkatkan ke Malaysia, lalu dia stres. Tapi yang saya heran dia ini memiliki uang banyak. Dia juga punya HP. Buktinya dia mampu beli nasi untuk makan," Yusuf menambahkan.
Berbagai upaya penyelamatan dilakukan tim Gegana dan Tim SAR. Termasuk usaha penyelamatan dengan menggunakan tali alias rappling. Akan tetapi usaha itu selalu gagal.
Menurut Kepala Seksi Operasional SAR Pontianak, Prayitno, timnya tidak memiliki alat yang memadai untuk evakuasi Edo. "Kami tidak punya alat. Akan tetapi tim kami sudah berada di lokasi," kata Prayitno.
Sementara itu, anggota Tim Gegana Polda Kalbar, Bripka Sugianto, mengatakan polisi telah menghubungi keluarga Edo di Sulawaesi Selatan. "Katanya keluarga mau ke Pontianak menjemputnya. Sekarang ini keluarganya sedang mencari tiket pesawat," kata Sugianto.
PDIP Tak Mau Pusing Mikirin Jokowi dan Gibran yang 'Bakar' Rumahnya Sendiri
PDI Perjuangan tidak mau ambil pusing soal pernyataan Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto yang menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming Raka.
