Sumber :
VIVAnews
- Letusan freatik Gunung Merapi pada 18 November 2013 yang menyebabkan hujan abu di seputaran wilayah Boyolali dan Solo, Jawa Tengah, dipastikan tidak disertai awan panas atau wedhus gembel seperti yang terjadi saat erupsi 2010.
Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Sri Sumarti, mengatakan, kepastian itu setelah tim dari lembaga itu melakukan riset lapangan. Sri Sumarti bersama dengan 9 orang dari BPPTKG Yogyakarta pada Jumat 22 November 2013 lalu telah melakukan pendakian ke puncak Merapi.
Sri menambahkan, material yang dilontarkan dari puncak Merapi merupakan material lama atau bekas erupsi 2010 atau tidak ada material baru. “Pada material itu tidak ditemukan adanya bau belerang. Untuk material baru yang dikeluarkan seharusnya mengandung belerang,” katanya.
Tidak ditemukannya jejak awan panas saat letusan freaktik terjadi, menunjukkan letusan yang lalu merupakan letusan freatik bukan letusan magmatis menjadi terbukti. “Ini membuktikan hipotesis saya bahwa letusan kemarin bukan letusan magmatis sudah terbukti,” kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Subandriyo. (art)
Halaman Selanjutnya
Sri menambahkan, material yang dilontarkan dari puncak Merapi merupakan material lama atau bekas erupsi 2010 atau tidak ada material baru. “Pada material itu tidak ditemukan adanya bau belerang. Untuk material baru yang dikeluarkan seharusnya mengandung belerang,” katanya.