HUT Ke-5 VIVA.co.id

Dirut Indosat: Media Online adalah Bisnis Kepercayaan

Dirut Indosat Alexander Rusli
Sumber :
  • icity.indosat.com
VIVAnews -
Balon Udara Muncul di Ketinggian 9.000 Feet, AirNav Semarang Minta Pilot Waspada
Dalam dunia bisnis, nama Alexander Rusli bukan sosok baru. Direktur Utama & CEO PT Indosat Tbk itu sebelumnya telah menjadi komisaris independen di anak usaha Qatar Telecom sejak Januari 2010.

Sejarah Bakal Pecah, Besok Raja Aibon Kogila Serahkan Tongkat Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI

Alex pernah  dipercaya sebagai anggota Komite Remunerasi dan Komite Audit, serta menempati posisi Komisaris di PT Tugu Pratama Indonesia dan Managing Director Northstar Pacific, Private Equity Fund yang berfokus pada kesempatan investasi di Indonesia sampai komisaris independen di Krakatau Steel.
Makin Panas, Hotman Paris Tantang Rocky Gerung Adu Jotos di Ring Tinju


Sepak terjangnya bukan hanya di dunia bisnis saja. Dunia birokrasi sempat Ia cicipi.

Tercatat, Alex pernah menjadi staf ahli di Kementerian BUMN, yang saat itu mengelola 140 BUMN dan lebih dari 500 anak perusahaan yang harus diawasi.

Lebih melongok ke belakang, Alex juga sempat menjadi staf ahli di Kementerian Komunikasi dan Informati (Kominfo) kala posisi menteri dipegang oleh Sofjan Djalil dan Syamsul Mu'arif.

Dalam menjalani dua dunia itu, Alex merasa tak jauh dari dunia media. Bahkan sampai saat ini.

Dalam rangka ulang tahun VIVA.co,id , Alex berbagi pengalaman terkait interaksinya dengan media. Berikut petikan wawancara wartawan VIVA.co.id, Uni Lubis,
dengan pria kelahiran Sydney, 20 Februari 1971:


Kapan pertama kali berhubungan dengan media?


Ketika saya menjabat staf khusus Menkominfo di era Pak Syamsul Mu'arif. Dalam posisi itu, tugas saya memberikan informasi latar belakang kepada teman-teman wartawan. Bukan sebagai narasumber yang dikutip.


Menurut kami saat itu, wartawan perlu dibekali informasi latar belakang, termasuk yang sifatnya teknis, agar ketika mewawancarai Pak Menteri pertanyaan lebih tajam dan fokus. Tidak melebar ke mana-mana juga. Tidak keluar dari konteks.


Dalam berhubungan dengan wartawan/media, pernah ada pengalaman nggak enak?


Selama ini pada dasarnya, hubungan saya dengan teman-teman media cukup baik dan terbuka. Nah, dalam posisi memberikan informasi latar-belakang itu, pernah juga ada wartawan yang karena tuntutan redaksional, terpaksa memunculkan informasi yang bisa merujuk ke saya. Ini terjadi saat saya bertugas di Kementerian BUMN.


Ceritanya saya memberikan info
back-ground.
Tapi wartawannya butuh bukti bahwa informasi itu datang dari narasumber yang kompeten. Jadi dia menulis kalimat yang semua orang juga akhirnya tahu bahwa yang
ngomong
tuh saya, hahahaha...


Apa yang Anda lakukan ketika itu terjadi? Anda dapat kesulitan kah?


Ya, saya telepon wartawannya. Protes. Janjinya kan informasi latar belakang. Meskipun nama saya tidak dikutip, tapi merujuk ke saya. Tapi tetap berteman kok dengan media dan wartawannya. Alhamdulillah
nggak
ada masalah serius juga dengan atasan saya, Menteri BUMN saat itu.


Pengalaman lain, ya bagaimana menjaga citra perusahaan saat baru-baru ini kami berurusan dengan hukum. Yang dihadapi kan pihak kejaksaan. Aparat pemerintah. Berat juga dalam mengelola pemberitaan kasus ini.


(
Kejagung menduga terjadi penyalahgunaan jaringan bergerak seluler frekuensi 2,1 Ghz/3G milik Indosat yang diakui sebagai produk PT Indosat Mega Media, (IM2), yang merupakan anak usaha Indosat. Kejaksaan menyatakan IM2 menyelenggarakan jaringan itu melalui kerja sama yang dibuat antara Indosat dan IM2. Menurut Kejaksaan, tanpa izin pemerintah, IM2 telah menyelenggarakan jasa telekomunikasi jaringan bergerak seluler frekuensi 3G.
).


Media
relations is the key
saat perusahaan alami krisis. Kami harus pandai-pandai berkomunikasi agar kepentingan kami sebagai korporasi tidak dirugikan, layanan kepada pelanggan berkesinambungan, di sisi lain menjaga agar tidak seperti melawan pemerintah. Ini kan kasus yang kontroversial. Benar-benar pengalaman yang berharga.


Seberapa sering Anda mengakses informasi via online media?


Sering. Termasuk
VIVA.co.id.
Menurut saya informasi di
online
media melengkapi informasi yang ada di media tradisional. Misalnya, tiap pagi saya baca koran. Untuk perkembangan berita, apalagi menyangkut isu aktual, saya akan mencarinya di
online
media.


Jadi, cara saya mengkonsumsi
online
media berdasarkan jenis kasus atau peristiwa. Yang saya cari beragam isu, terutama yang bisa mempengaruhi kelangsungan bisnis dan perusahaan yang saya tangani. 


Saya mencari informasi penyeimbang di
online
media.
VIVA.co.id
yang ditopang oleh organisasi media tradisionil yang kuat, yakni
tvOne
dan
ANTV
menurut saya bisa lebih dipercaya ketimbang
online
media yang berdiri sendiri sebagai
new
media.


Ini berlaku juga kepada
online
media yang terkait dengan grup media, seperti televisi dan koran harian. Saya melihat mereka lebih kredibel informasinya, dan bisa menjadi rujukan, bahkan dalam pengambilan keputusan bisnis.


Artinya begini, kalau saya bicara ke
board,
saya akan mengutip informasi dari
online
media yang terafiliasi dengan grup media tradisional. Bukan yang berdiri sendiri.


Bagaimana Anda melihat pengaruh dan potensi pengembangan online media di Indonesia?


Wow, selama ini perkembangannya pesat kan. Dan saya melihat ke depan akan terus berkembang lebih cepat lagi. Pola konsumsi informasi sudah berubah. Kita yang tinggal di kota-kota besar dengan kesibukan tinggi, tidak punya waktu cukup untuk melahap seluruh isi koran, majalah, menonton televisi, misalnya. Otomatis informasi dari
online
media kian jadi rujukan.


Belum lagi soal usia konsumen informasi media tradisional yang menua.
New eyeballs
itu ya anak-anak muda. Kalangan ini tidak punya waktu banyak. Sibuk. Mereka mencari semua kebutuhan informasi termasuk berita dan hiburan dari internet. Ini kan peluang bisnis.


Kita memang masih terus memonitor model bisnis untuk
online
media ini. Pada dasarnya setiap orang menghendaki 'free access to information'.


Makanya, belanja iklan sebagian besar diserap
free to air tv
. Orang mengkonsumsi informasi paling banyak dari televisi. Gratis. Nah, kalau di
online
media, mereka juga berharap layanan informasi gratis.


Artinya, hidup mengandalkan iklan? Tidak cukup kan? Makanya kami juga tengah mengamati bentuk-bentuk model bisnis pengembangan
online
media. Potensinya besar. Ini bisnis masa depan. Pengaruhnya terhadap pembentukan opini publik juga menguat. Apalagi kalau penetrasi internet dan jaringan telekomunikasi makin bagus. Konsumen makin muda usianya. Kuncinya, yang akan bertahan dan berkembang adalah yang mengutamakan kredibilitas. Informasi itu bisnis kepercayaan.


Apa harapan Anda terhadap VIVA.co.id?

Pertama, selamat ya sudah memasuki usia kelima tahun. Saya mengikuti perkembangan
VIVA.co.id
dan menjadikannya sebagai salah satu rujukan informasi yang kredibel. Hal lain, saya berharap
VIVA.co.id
bisa menyajikan informasi yang padat.


Maksud saya, ketika saya akses halaman
web
-nya, mengenai suatu topik tertentu, dalam waktu singkat saya bisa dapat gambaran kasusnya. Prinsipnya, ya karena waktu kita kan terbatas. K
ami nggak
sempat baca yang panjang-panjang. Jadi bagaimana menyeimbangkan antara kelengkapan informasi dengan waktu baca yang terbatas. (sj)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya