HUT Ke-5 VIVA.CO.ID

Menparenkraf: Online Media Penting untuk Ekonomi Kreatif

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnew - Dia perempuan pertama dari Indonesia yang mendapat gelar doktor ekonomi. Meraih gelar S3 atau PhD (Doctor of Philosophy) dalam bidang Perdagangan Internasional, Keuangan, dan Ekonomi Moneter dari Universitas California Davis Amerika Serikat pada 1986.

Heboh Aksi Pedagang Buang Puluhan Ton Buah Pepaya, Ternyata Ini Penyebabnya

Mari Elka Pangestu juga menjadi perempuan keturunan China pertama yang mendapatkan posisi di kabinet. Dia menjabat Menteri Perdagangan pada 2004-2009, dilanjutkan sampai 2011 dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.   

Saat terjadi pergantian anggota kabinet, Oktober 2011,  Presiden menugasi ibu dua anak ini memimpin Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Bidang yang kedua ini telah menjadi passion Mari sejak di Kementerian Perdagangan.

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

“Saya tidak pernah memiliki intensi untuk menjadi yang pertama.  Yang saya lalukan adalah selalu mengupayakan yang terbaik dalam bidang tugas kepada publik,” tutur Mari, pada 17 Desember 2013, di depan hadirin di wisuda  Australia National University (ANU), di Canberra, Australia. 

Hari itu, Mari mendapat anugerah doktor honoris causa dari College of Business and Economics,  ANU, atas kontribusinya yang dinilai luar biasa terhadap masyarakat. Mari Elka Pangestu memperoleh gelar S1 dan S2 dari ANU. 

Kasus Uang Tutup Mulut Donald Trump Seret Nama Karen McDougal, Siapa Dia?

Gelar doktor kehormatan itu menempatkan Mari dalam kelompok kecil penerima gelar yang sama dari ANU bersama Uskup Afrika Selatan dan Pemenang Nobel Perdamaian Desmon Tutu, mantan Presiden Afrika Selatan dan Pemenang Nobel Perdamaian yang baru saja meninggal dunia Nelson Mandela, serta mantan Presiden India K.R. Narayaran.

Peran Mari dalam bidang perdagangan internasional maupun ekonomi, baik di tingkat regional maupun internasional disebut Rektor ANU Gareth Evans sebagai salah satu alasan pemberian kehormatan itu. Rektor yang juga mantan Menteri Luar Negeri Australia itu juga menyebut prestasi Mari yang membanggakan bagi kaum perempuan.

Dalam pidatonya, Mari Pangestu menyampaikan ucapan selamat kepada para wisudawan dan orang tua mereka seraya menyampaikan beberapa pesan terutama mengenai pentingnya pendidikan. 

"Pendidikan adalah warisan paling berharga yang dapat diberikan dari orang tua ke anaknya. Uang dan harta bisa hilang, tetapi pengetahuan tidak ada yang bisa mengambil," ujarnya.

Mari Pangestu juga menyampaikan kilas balik saat keadaan orang tuanya yang harus bekerja mencari nafkah dan setelah itu baru bisa sekolah. Ayah Mari, almarhum Panglaykim dikenal sebagai ekonomi yang dihormati di negeri ini. 

Dalam rangka ulang tahun VIVA.co.id, Mari Elka Pangestu berbagi pengalaman terkait interaksinya dengan media. Berikut petikan wawancara wartawan VIVA.co.id, dengan Menteri Mari.

 

Kapan Anda mulai berinteraksi dengan media?

Saya mulai berhubungan dengan media sejak kembali dari luar negeri setelah selesai program doktoral di AS, tahun 1986.  Awalnya saya diminta menulis kolom, tulisan opini di Majalah Tempo. Saya dan almarhum Bang Ciil (ekonom Dr Sjahrir), adalah orang yang pertama kali secara aktif mengadakan seminar dan kajian ekonomi saat itu, bekerjasama dengan Tempo dan Pak Somala Wiria yang saat itu memimpin Bank BNI 1946. Setelah sering menulis kolom, berbicara soal ekonomi dan perdagangan internasional di berbagai forum, mulailah saya diwawancarai oleh media. 

Pernah punya pengalaman kurang enak dalam berhubungan dengan media?

Hubungan saya dengan media dan wartawan selama ini baik. Baik saat menjadi ekonom maupun sesudah menjadi anggota kabinet. Saya sering memberikan informasi latar belakang agar wartawan lebih mudah memahami masalah yang akan ditulis. Saya pikir ini meneruskan kebiasaan saat menjadi ekonom ya, karena biasanya wartawan akan datang untuk meminta pendapat atas sebuah kebijakan pemerintah, atau situasi internasional. Setelah menjadi menteri, baik menteri perdagangan maupun saat ini di kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, pola seperti ini saya teruskan.

Apa bedanya berkomunikasi dengan media saat ini, dengan dulu ketika era media baru belum hadir?

Dulu kita bisa membahas sesuatu isu dengan lebih mendalam.   Seperti saya katakan, biasanya saya berhubungan dengan media koran harian dan majalah. Bahasannya bisa lengkap. Sekarang, era online media, yang dikedepankan kecepatan. Orang juga makin sedikit waktunya untuk menikmati sajian berita yang mendalam. Beritanya pendek-pendek. Tapi, setahu saya VIVA.co.id memiliki rubrik artikel mendalam kan? Saya dapat informasi ini saat saya berkunjung ke redaksi VIVA.co.id. Saya senang mendengar bahwa artikel mendalam di media ini mendapatkan respons yang baik. Menurut saya, ini perlu dipertahankan, sambil menyajikan informasi secara cepat dan akurat.

Berkaitan dengan bidang pekerjaan, Anda merespons komunikasi di era digital?

Harus siap setiap saat, hahaha. Media yang berhubungan dengan saya tidak hanya media dalam negeri. Banyak juga dari luar negeri.  Setelah era digital, permintaan wawancara, klarifikasi, informasi bisa datang setiap saat. Ada perbedaan time zone juga kan, kalau media di Eropa atau AS misalnya meminta informasi. Ini terjadi saat saya menjadi menteri perdagangan, juga di posisi sekarang. Tidak ada pilihan, isu yang ada harus segera ditanggapi. Untungnya saya punya banyak kenalan wartawan asing sejak menjadi ekonomi dan kerap menghadiri berbagai seminar dan forum internasional. Sebagai anggota kabinet, prinsipnya saya harus siap menjelaskan posisi Indonesia atas sebuah isu terkait pekerjaan saya. Dan jangan lupa, sekarang ini perlu juga menanggapi isu yang berkembang di lingkungan citizen journalist.

Maksudnya? Blog, Twitter?

Iya. Menyangkut perkembangan media sosial kita yang luar biasa, yang perlu direspons termasuk bagaimana kita bersikap. Di mana pun berada harus hati-hati. Orang bisa memotret, menulis melalui media sosial setiap saat. Kalau kita salah laku, salah bicara, menyebarnya seketika. Di sisi lain saya mengapresiasi dan bangga dengan perkembangan media sosial kita. Dalam berbagai forum saya menyampaikan contoh-contoh usaha kreatif yang berkembang di Indonesia dengan dukungan media sosial. Jadi, media sosial sangat mendorong perkembangan ekonomi kreatif dan pariwisata.  Ini kan bidang tugas saya.

Saya juga concern, dengan digital divide.  Bagaimana penetrasi internet di daerah. Ini penting agar akses bagi pengrajin dalam ekonomi kreatif misalnya, bisa mendapatkan  ide pengembangan usaha maupun memasarkan produknya memanfaatkan internet.  Online media dan media sosial ini kan masih fenomena urban.

Kian banyaknya blog dan informasi via Twitter dan media sosial lain mengenai potensi wisata dan ekonomi kreatif di negara kita jelas sangat membantu tugas kami di kementerian parwisata dan ekonomi kreatif. Apalagi banyak juga penggiat media sosial yang menggunakan bahasa Inggris, sehingga informasinya dapat dinikmati masyarakat di luar negeri. Ini kan era borderless.

Bagaimana Anda memonitor informasi?

Baca koran dan nonton televisi masih saya lakukan. Lalu saya memonitor informasi terkait pekerjaan saya dan diri saya melalui berbagai cara termasuk via Google Alert. Jadi kalau ada kata kunci tertentu, misalnya nama saya, atau bidang pekerjaan saya, maka otomatis saya akan dapat informasi itu, dan saya buka tautannya.

Bagaimana memanfaatkan era digital untuk promosi wisata?

Contoh, kami sudah mengembangkan informasi wisata Indonesia dalam bahasa Mandarin. Coba klik ke cn.Indonesia.travel yang terhubungan dengan situs pariwisata kita. Di situ kami menyediakan informasi potensi wisata Indonesia dalam bahasa Mandarin. Mengapa?  Karena potensi besar turis dari negeri itu. The biggest market for tourism. Negara dengan penduduk banyak, ekonomi dan kelas menengahnya tumbuh pesat. Pola konsumsinya meningkat, termasuk kebutuhan berwisata ke luar negeri. Survei menunjukkan 80 persen turis dari China melakukan riset secara online sebelum memutuskan tujuan wisatanya. Mereka tidak melakukan online booking, tapi mencari informasi terutama dari online. Ini satu contoh kami memandang penting menyalurkan informasi melalui online. Informasi dalam bahasa Mandarin ini bisa mencakup masyarakat di kawasan Taiwan, Makau, Hongkong.  Dengan sedikit modifikasi kami juga akan menggunakannya untuk menarik minat turis dari Korea Selatan. Pada dasarnya karakter orang Asia dan kebutuhan wisatanya kan mirip-mirip. Orang-orang di negara-negara itu juga kian terbiasa mencari informasi secara online.

Apa harapan kepada VIVA.co.id?

Saya berharap VIVA.co.id terus mempertahankan liputan mendalam.  Peliputan secara agresif yang menjadi ciri online media dikembangkan dengan memperhatikan akurasi. Secara khusus, saya berharap ada perhatian lebih besar kepada informasi yang terkait ekonomi kreatif. Edukasi publik atas ekonomi kreatif ini proses yang terus kami jalankan.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya