Berburu Berkah di Gunungan Grebeg Maulud

Warga berebut Gunungan Maulud
Sumber :
  • VIVAnews/Fajar Sodiq
VIVAnews -
Momen Haru Irjen Ahmad Luthfi Lebaran Bareng Anggota: Ini Operasi Ketupat Terakhir Saya
Halaman Masjid Agung Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah menjadi lautan manusia, Selasa 14 Januari 2014. Di hari peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW ini, ribuan warga dari berbagai pelosok daerah berkumpul di sana untuk meramaikan tradisi Gunungan Grebeg Maulud.

Hari Pertama Masuk Usai Cuti Lebaran, Wali Kota Depok Sebut Kehadiran ASN Capai 90 Persen

Sebagian orang menyakini gunungan tersebut membawa berkah. Tak ayal mereka pun beramai-ramai berebut untuk mendapatkan bagian dari gunungan tersebut. Pantauan
Wakil Bupati Sindir Bupati Manggarai yang Pecat Ratusan Nakes
VIVAnews, ribuan warga sudah memadati masjid Agung Solo sejak Selasa pagi. Tak hanya itu, ratusan warga juga memenuhi jalan-jalan yang dilewati arak-arakan gunungan itu, yakni dari kompleks keraton menuju Masjid Agung. Jarak kedua tempat ini sekitar 500 meter.


Empat gunungan itu akhirnya tiba di Masjid Agung sekitar pukul 11.00 dengan diiringi ratusan abdi dalem. Empat gunungan itu adalah Gunungan Jaler, Estri, dan dua Gunungan Anakan. Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, Kanjeng Pangeran Winarna Kusuma menjelaskan, gunungan tersebut berisi berbagai macam hasil bumi dan jajanan pasar.


Filosofi dari gunungan itu tak jauh dengan nilai dari Grebeg Maulud. "Arak-arakan gunungan ini sebagai simbol ucapan syukur kepada Allah atas pemberian hasil bumi kepada manusia," katanya.


Setelah tiba di masjid, ulama tafsir anom Pujodiningrat mendoakan gunungan tersebut. Namun, belum juga doa rampung, ribuan warga sudah memperebutkannya. Tak sabar, mereka pun meringsek maju ke arah gunungan. Walhasil, empat gunungan itu habis oleh ribuan warga sebelum lantunan doa selesai.


Salah satu warga asal Ngemplak Boyolali, Parjimin, berhasil mendapatkan jajanan pasar berupa intip. Pembuat kerupuk rampak itu senang karena sudah dua tahun terakhir dia selalu kebagian gunungan.


“Nanti intip dari gunungan ini akan saya camprukan dengan krupuk yang saya buat. Mungkin nanti akan saya campur dalam penggorengan, biar nanti tambah laris,” harapnya.


Hal senada juga diungkapkan oleh Sutini, warga Kebakramat, Karanganyar. Menurutnya, mendapatkan hasil rayahan dari gunungan diyakininya sebagai berkah tersendiri. “Saya berhasil mendapatkan beras ketan gula jawa. itu semua nanti akan saya sebar ke sawah biar menjadi subur tanamannya," kata dia.


Keraton Yogyakarta


Tidak hanya Keraton Solo, Keraton Yogyakarta juga menggelar ritual serupa.
Grebeg Mulud kali ini, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengeluarkan tujuh gunungan. Lima gunungan diperebutkan di halaman masjid Gedhe, Kauman, sedang dua di antaranya diperebutkan dihalaman Puro Pakulaman dan Kepatihan, Pemda DIY.

Sebanyak 5 gunungan yaitu Gunungan Kakung, Gunungan Putri, Gunungan Gepak, Gunungan Pawuhan dan Gunungan Darat. Kelima gunungan ini, langsung diserbu ratusan orang yang ingin memiliki sesaji atau ubo rampe yang ada dalam gunungan setelah usai didoakan di Masjid Gede Kauman.

Upacara kirab Grebeg Maulud sendiri berlangsung mulai pukul 10.00 WIB. Upacara pelepasan gunungan dipimpin langsung GBPH H Yudaningrat, selaku Manggala Yudha Keraton Yogyakarta. Upacara diawali keluarnya iring-iringan prajurit Keraton Yogyakarta yang terdiri dari prajurit Wirobrojo, Ketanggung, Bugis, Daeng, Patangpuluh, Nyutro. 

Mereka mengenakan seragam dan atribut beraneka warna sambil membawa senjata tradisional seperti tombak, keris serta senapan kuno. Di belakang pasukan keraton adalah iring-iringan 7 gunungan.

Iring-iringan melewati Siti Hinggil, Pagelaran, dan menuju Alun-alun Utara. Tembakan salvo prajurit kraton mengantar arak-arakan menuju Masjid Gede Kauman.

Setelah tiba di halaman Masjid Gede, Kauman, Yogyakarta, ke 5 gunungan didoakan terlebih dahulu oleh penghulu keraton sebelum diperebutkan. Usai didoakan ratusan orang langsung menyerbu dan berebut gunungan yang berisi hasil bumi tersebut langsung ludes. 

Sedangkan dua gunungan yang lain, satu menuju halaman Puro Pakualaman melewati Jalan Panembahan Senopati, Jalan Sultan Agung dan langsung menuju halaman Puro Pakualaman.

Sedang gunungan yang satu, dari Alun-Alun Utara langsung menuju halaman Kepatihan, Pemda DIY melalui Jalan Malioboro, untuk diperebutkan. Gunungan ini langsung ludes diserbu massa.

Dalam kepercayaan jawa, masyarakat yang mendapatkan barang berupa hasil bumi dari gunungan itu akan mendapatkan berkah tersendiri. Sehingga wajar bila acara yang digelar setahun sekali ini selalu mendapat sambutan masyarakat.

“Setiap acara grebeg yang dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta saya selalu hadir dan ingin merebutkan isi gunungan meski harus berdesak-desakan,”kata Budi warga Pundong, Kabupaten Bantul, DIY

Menurutnya, barang-barang hasil bumi yang ada dalam gunungan akan membawa berkah tersendiri bagi dirinya dan keluarganya.

''Saya masih percaya, benda-benda berupa hasil bumi yang ada di gunungan akan membawa berkah bagi kami sekeluarga,'' terangnya

Sementara bagi pedagang yang bisa mendapatkan sesaji tersebut, dipercaya bakal membawa keuntungan tersendiri. Sedangkan bagi petani, bila berhasil mendapatkan sesaji dalam gunungan itu dipercaya hasil buminya akan melimpah.

Lepas dari semuanya itu, upacara tradisi gunungan ini hingga kini masih cukup diminati masyarakat terbukti setiap upacara itu berlangsung selalu dipadati penonton. 

Bahkan diantara mereka ada belasan wisatawan asing yang turut menyaksikan jalannya upacara tersebut, mereka tak henti-hentinya mengabadikan acara itu melalui kamera yang mereka bawa. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya