Pengurangan Jam Kerja untuk Perempuan Bisa Munculkan Masalah Baru

Ilustrasi pekerja kantor
Sumber :
  • iStockphoto
VIVAnews -
Rencana pengurangan jam kerja bagi perempuan pekerja, yang diusulkan Wakil Presiden Jusuf Kalla, beberapa waktu terakhir memicu pro dan kontra. Aktivis perempuan menilai ide itu dianggap tidak efektif, karena menimbulkan masalah baru.


Aktivis perempuan di Jawa Tengah, Nurul Intani, mengatakan usulan tersebut perlu dikaji ulang dalam diskusi panjang. Karena maksud dan tujuan pengurangan jam kerja wanita masih simpang siur.


"Jangan-jangan perempuan selama ini merasa tidak terganggu dengan jam kerja yang sudah ada. Jika tujuannya agar perempuan memiliki waktu lebih untuk anak,  tidak menjadi jaminan bahwa pengurangan dua jam itu efektif," kata Nurul kepada
VIVAnews
di Semarang, Jumat 28 November 2014.


Menurutnya, bekerja di wilayah domestik maupun publik bagi perempuan merupakan hak. Sehingga, juka perempuan memilih di wilayah publik berarti mereka sudah mempertimbangankan pola kerja, tanpa mengesampingkan tanggungjawab terhadap keluarga maupun anak.


Terpopuler: Oxford United Menang di Semifinal, Marselino Ferdinan Jadi Captain Tsubasa
"Bisa saja perempuan didiskriminasikan dengan tidak dibebaskan untuk bekerja secara umum tanpa ada pembedaan waktu, " kata Nurul.

Katakan Tidak pada Tindakan Bullying di Lingkungan Sekolah

Kekhawatiran lain, kata dia, pengurangan jam kerja wanita itu akan membuat sejumlah perusahaan berpikir dua kali mempekerjakan karyawan perempuan. Imbasnya, perempuan tidak memiliki ruang lagi di ranah publik.
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Curiga Pelaku Lebih dari 1 Orang


"Jangan sampai perusahaan berpikir buat apa mempekerjakan perempuan padahal sama-sama membayar gaji karyawan, tapi kerja tidak maksimal, " kata dia.


Fasilitas terbatas

Nurul menambahkan, solusi kongkret bagi pemerintah adalah menambah fasilitas di perkantoran yang ramah bagi perempuan dan anak, tanpa perlu mengurangi jam kerja dan membedakan dengan pekerja laki-laki.

Contohnya, ruang laktasi agar perempuan bisa tetap memberikan Asi untuk anak.


"Kenyataannya, belum banyak lembaga, instansi, atau perusahaan menyediakan ruang tersebut. Bahkan, fasilitas tempat penitipan anak agar tetap terpantau wanita karir juga minim, " kata dia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya