Cerita Pilot Senior Garuda Hadapi Awan Cumulonimbus

Awan cumulonimbus.
Sumber :
  • REUTERS/Charles Platiau/Files

VIVAnews - Awan cumulonimbus merupakan momok bagi para pilot. Pasalnya, awan ini bisa menyebabkan turbulensi dahsyat. Oleh karena itu, tidak heran bila awan yang akrab disebut awan CB ini ditakuti banyak pelaku penerbangan. 

Bahkan, awan CB disinyalir menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, 29 Desember 2014. Pilot Irianto yang menerbangkan QZ8501 menjadi korban awan tersebut. 

Namun, bukan berarti awan CB tak terkalahkan. Tidak sedikit pilot yang berhasil selamat dari kedahsyatan awan tersebut. Salah satunya, Pilot Senior Garuda Indonesia Kapten Abdul Rozaq. 

Dalam wawancaranya di Breaking News tvOne, Minggu, 4 Januari 2015, Kapten Abdul Rozaqmengaku menjadi saksi kekuatan awan CB. Pesawat Garuda Indonesia yang dia kemudikan terjebak dalam awan CB. 

"Kejadiannya pada Januari 2002. Pesawat saya langsung masuk awan CB di ketinggian 32 ribu kaki. Tidak sampai 3 menit, kedua mesin pesawat langsung mati," ujarnya. 

Abdul menceritakan, turbulensi yang dialami pesawatnya sangatlah dahsyat. Goncangan datang dari sisi kiri, kanan, depan dan belakang pesawat. Bagi para penumpang, pesawat bagaikan terbanting-banting dalam awan.

"Itulah yang menyebabkan mesin pesawat mati, karena tidak kuat menahan goncangan," katanya. 

Abdul langsung sigap melakukan pendaratan darurat. Karena komunikasi dalam pesawat mati, dia berkomunikasi secara manual dengan awak kabin untuk mempersiapkan penumpang. Kesigapan Abdul dan pendampingnya pada waktu itu, co-pilot Heryadi, terbayar, pesawat berhasil mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo. Satu pramugari meninggal dunia.

Belajar dari pengalaman tersebut, Abdul mengatakan komunikasi pilot dengan awak kabin saat keadaan darurat sangatlah penting. "Awak kabin bisa langsung menjalankan SOP untuk evakuasi penumpang," ujarnya. 

Selain itu, Abdul juga menyebutkan pilot juga harus bisa menyiapkan serta membesarkan hati penumpang saat cuaca buruk menghadang. Meskipun begitu, Abdul menambahkan pesawat saat ini sudah punya peralatan yang lebih canggih guna mengantisipasi cuaca buruk. 

"Pesawat modern saat ini sudah bisa mendeteksi awan CB dari jauh, jadi harusnya bisa dihindari," tuturnya. 

Baca juga:

Tarsum Mengaku Dapat Bisikan Gaib Mutilasi Istri, Polisi Ungkap Kondisinya Saat Ini

 

Memakai parfum

Unik Ada Parfum dengan Teknologi AI, Ciptakan Aroma Dunia Virtual

eknologi Artificial Intelligence dalam Metaverse Eau De Perfume teruji dapat meningkatkan mood serta kreativitas melalui aroma yang dihasilkan parfum lebih dari 8 jam.

img_title
VIVA.co.id
5 Mei 2024