Adakah "Buaya" di Balik Penetapan Tersangka Calon Kapolri?

Wakil Kepala Kepolisian RI, Komjen Pol Budi Gunawan.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan calon Kapolri, Komjen Pol Budi Gunawan, sebagai tersangka dugaan rekening gendut.
Penetapan Kepala Lembaga Pendidikan Polri itu sebagai tersangka sangat mengejutkan banyak pihak karena terjadi sehari sebelum sang jenderal menjalani uji kelayakan dan kepatutan sebagai Kapolri di Komisi III DPR RI.

Berbagai spekulasi pun bermunculan terkait peristiwa ini, bahkan, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menyebut drama Cicak vs Buaya bisa saja terulang kembali.

Pernyataan Mahfud itu saja benar apalagi sehari usai KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka, di media sosial bermunculan foto mesra pria mirip ketu KPK, Abraham Samad.

"Cicak vs buaya edisi dua bisa saja. Selesaikan secara profesional agar Indonesia selamat," kata Mahfud, Rabu 14 Januari 2015. Namun, apa yang ditakutkan Mahfud MD itu sebelumnya sudah dijawab KPK. KPK dengan tegas menyatakan, KPK yakin Cicak vs Buaya tidak akan terulang kembali.

"Saya sudah ketemu Kapolri. Ada beberapa pernyataan menarik. Satu, ini bukan kasus yang sama seperti dulu. Dua, Kapolri menyatakan menghormati proses yang sedang berjalan," kata Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto.

Seperti diketahui, istilah Cicak vs Buaya merupakan istilah yang muncul di masyarakat atas ketidak kepuasan serta rasa ketidak percayaan lembaga penegakan hukum di Indonesia yakni Kejaksaan dan Kepolisian.

Istilah cicak dipersonifikasikan sebagai KPK sedangkan buaya dipersonifikasi sebagai Polri. Kedua personifikasi ini diciptakan oleh Mantan Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Pol Susno Duadji saat harus berurusan dengan KPK tahun 2009 lalu.

Terkait kasus yang menjerat Budi Gunawan, mantan Kapolri era Presiden Abdurahman Wahid, Jenderal (Purn) Chaerudin Ismail pun angkat bicara. Chaerudin berpendapat agak berbeda dari Mahfud MD, karena ia justru mencium aroma persaingan tidak sehat terkait pergantian posisi Kapolri.

Chaerudin menduga ada persaingan sengit antar "Buaya" untuk menduduki kursi Truno Joyo 1. "Nah, kalau terjadi persaingan tidak sehat, apalagi mempengaruhi politik, ini yang berbahaya," ujar Chaerudin di Jakarta kemarin.

Komjen BG: Pak Kapolri Masih Lama Pensiun

Ada Kejanggalan

Hal senada juga diungkapkan Mantan Kabareskrim Mabes, Irjen Pol Sisno Adiwinoto. Menurut Sisno ada kejanggalan dalam penetapan tersangka terhadap Komjen Budi Gunawan.

"Ini ada motif intrik politik, balas dendam," kata Sisno. Apalagi, kata Sisno, kasus dugaan rekening gendut terhadap Budi Gunawan sudah dinyatakan clear, sehingga tidak ada catatan buruk terhadap Budi Gunawan.

Dia pun mempertanyakan, kasus yang sudah lama itu baru mencuat setelah Budi Gunawan ditunjuk sebagai calon Kapolri. "Kenapa baru sekarang, ke mana tahun 2013 itu," kata dia.

Terlepas dari semua itu, kini keputusan untuk menetapkan atau tidaknya Komjen Pol Budi Gunawan sebagai Kapolri berada di tangan Presiden Joko Widodo. Sebab Komisi III DPR secara aklamasi telah menerima Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri.(ren)

Kapolri Badrodin: Semua Perintah Saya, Bukan Budi Gunawan

Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti.

Kapolri Akan Pensiun, Jokowi Diminta Cermat Pilih Pengganti

Diharapkan tak ramai tarik-menarik kepentingan politik.

img_title
VIVA.co.id
14 Februari 2016