- VIVA.co.id/Tudji Martudji
VIVA.co.id - Para aktivis di Bangkalan menganggap teror dan intimidasi, telah menjadi bagian dari risiko perjuangan mereka. Walau begitu, mereka mengupayakan beberapa cara untuk menjaga keselamatan diri.
"Di antaranya minta tuah dari para kiai khos, minta didoákan supaya selamat. Bahkan, minta diberi ilmu kebal senjata tajam," kata Alimin. Sementara Fahri mengaku hanya berserah pada Allah, karena merasa yakin akan apa yang dilakukannya.
Fahri harus mendapat 35 jahitan karena luka bacok orang tak dikenal, November 2010. Dia mengaku tidak hanya satu atau dua kali menerima ancaman pembunuhan melalui telepon atau pesan singkat.
"Paling penting adalah tujuan perjuangan kami itu baik. Kami percaya Allah akan melindungi orang-orang yang ada di jalan kebaikan," kata Fahri.
Dia menambahkan, para aktivis LSM di Bangkalan menjalin komunikasi yang intensif. Itu juga salah satu cara mereka menjaga kewaspadaan, dengan saling memperhatikan dan memantau keselamatan rekan-rekan mereka sesama aktivis. Aktivis LIRA Bangkalan, Irham Maulidy, menyebut ada aktivis yang juga terpaksa mempersenjatai diri.
"Aktivis mempersenjatai diri untuk jaga-jaga atau minta pengawalan dari kerabat yang disegani kalangan preman. Juga mendatangi kiai upaya diberi ilmu kebal," kata Maulidy.
Dia menambahkan, penggunaan senjata tajam dibatasi oleh aktivis. Sebab mereka khawatir akan dijebak dengan UU Darurat, karena membawa senjata tajam tanpa izin.
Baca juga: