- Dispenal
VIVA.co.id - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pemerintah harus menyiapkan diri dalam perang non konvesional berupa perang siber. Cara-cara ini kerap menjadi bagian dari aksi kelompok teroris.
"Alusista (alat utama sistem senjata) cyber kita masih kurang. Kita harus bagus deteksi intelijen terhadap teroris," katanya di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin 26 Januari 2015.
Menurutnya, Alutsista siber ini akan melengkapi kekuatan personel TNI dalam menjalankan tugasnya. Secara personal kemampuan pasukan Indonesia dalam anti teror sangat luar biasa dan tidak kalah dibanding negara lain.
"Kalau orangnya, kita nomor tiga di dunia. Kopassus (Komando Pasukan Khusus), orangnya sudah bagus, tinggal alatnya. Kita di bawah Inggris, Israel," katanya.
Meski kemungkinan perang terbuka antar negara cukup kecil, menurutnya, negara harus tetap waspada. Pembenahan dan peremajaan Alutsista pertahanan yang sudah berusia di atas 30 tahun harus segera diganti dengan yang modern.
Peremajaan, terutama pada alat yang multiguna, karena TNI mempunyai tugas utama melakukan evakuasi saat terjadi bencana. "Belajar dari bencana alam yang kayak kemarin, masa cuma pakai cangkul doang? Enggak bisa, kita harus beli alat yang canggih. Alat angkut yang juga cepat untuk membantu," katanya.
Ia mengakui dalam pertemuan dengan DPR RI hari ini, salah satunya mengajukan penambahan anggaran pertahanan. Namun mantan jenderal bintang empat ini tidak bersedia menyebutkan berapa anggaran yang diajukan.
Baca juga: