- VIVAnews/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id - Produk unggulan berbasis desa di Indonesia sebenarnya potensial menembus pasar global. Hanya saja, keterbatasan infrastruktur membuat produk-produk tersebut susah mendapatkan akses.
“Potensi ekonomi masyarakat desa, sebenarnya sudah mampu menguasai pasar di perkotaan. Namun selama ini belum digarap maksimal. Dari terhambat soal infrastruktur, hingga belum dimaksimalkan secara pemasaran,” ujar Menteri Desa Marwan Jafar dalam keterangan pers Kamis 12 Februari 2015.
Marwan mengungkapkan, kementeriannya akan memprioritaskan pembangunan akses ekonomi perdesaan di wilayah daerah tertinggal dan transmigrasi.
Dengan perbaikan jalur itu, dia berharap hasil unggulan desa bisa menjadi daya saing produksi dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Agar prioritas membangunan infrastruktur ekonomi berjalan, Menteri Marwan mengatakan, peran data dan informasi tentang kondisi lokasi sangat penting dalam kerangka pengembangan wilayah.
“Sehingga, perlunya dibangun informasi mengenai potensi dan akses terhadap pusat-pusat pertumbuhan di perdesaan,” ujarnya.
Data Kementerian Desa, desa di Indonesia diperkirakan mencapai 74 ribu. Jumlah penduduk miskin di desa masih berkisar 19 juta orang, sedangkan di kota 11,1 juta orang.
Persentase jumlah penduduk miskin di desa jauh lebih tinggi daripada di kota, yakni 14,4% berbanding 8,5%. Jumlah jumlah desa tertinggal saat ini mencapai 24,48% atau 18.126 desa.
“Ini bukan kerjaan main-main. Ini sudah menjadi komitmen pemerintah yang dalam dalam Nawa Citanya, ingin membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan,” ujar Marwan. (ren)
Baca juga: