Suara-suara di Hutan Gunung Slamet Bisa Membahayakan

Pendaki Hilang
Sumber :
  • BNPB

VIVA.co.id - Tiga pendaki asal Yogyakarta yang sempat hilang di Gunung Slamet, Jawa Tengah akhirnya berhasil dievakuasi ke kota asalnya, setelah ditemukan dan dievakuasi tim SAR gabungan.

Ketiga, masing-masing Airlangga Firgianto, Januar Renaldo, dan Ronald Dicky Adiguna kini masih harus mendapatkan perawatan untuk memulihkan kondisi tubuh mereka pasca tersesat selama satu pekan di hutan gunung tertinggi di Jawa Tengah itu.

Pencarian dan evakuasi ketiga survivor termasuk operasi penyelamat yang cukup sulit. Sebab, tim SAR gabungan dari SAR Purbalingga, SAR Cilacap dan SAR DIY harus mendaki hingga ke ketinggian 2.792 mdpl untuk dapat menemukan survivor.

"Petunjuk dari survivor sangat minim, survivor sempat berkomunikasi dengan SAR Purbalingga dan menyatakan mereka tengah berada di hutan gelap yang entah di mana lokasinya," kata Humas SAR DIY, Daru Supriadi dalam perbincangan dengan VIVA.co.id, Senin malam, 16 Februari 2015.

Menurut Daru dalam pesan singkatnya, survivor tidak bisa menyebutkan kondisi medan di lokasi tempat mereka tersesat.

"Mereka hanya melaporkan mendengar suara Azan dan musik dangdut di hutan itu," papar Daru.

Dalam sebuah operasi SAR di sebuah gunung, informasi sedikit apa pun sangat berguna untuk menentukan titik duga hilangnya survivor.

Tapi dalam kasus hilangnya tiga survivor di Gunung Slamet, informasi tentang suara Azan dan musik dangdut tidak begitu membantu memperkaya data evaluasi penentuan titik duga pencarian survivor.

"Memang, mendengar suara seperti itu di tengah hutan bukan sesuatu yang aneh, karena pada prinsipnya, suara aktivitas dari kaki gunung bisa merambat dan dapat terdengar hingga ke hutan di atas gunung," ujarnya.

Daru menuturkan, suara misterius yang kerap didengar pendaki sebenarnya tak hanya suara Azan dan musik dangdut saja, di sebagian besar gunung-gunung di Pulau Jawa biasanya pendaki juga bisa mendengar suara pertunjukan wayang, serta bunyi gamelan ditabuh.

"Ini bukan tentang hal yang tidak nyata, suara itu nyata, sudah banyak kita dengar dari para pecinta alam bebas yang menyatakan pernah mendengar suara wayang dan gamelan di hutan di atas gunung," katanya.

Suara-suara misterius itu kadang bisa membuat pendaki yang tidak siap secara mental dan minim kemampuan tersesat.

Warga Rusia Hilang di Gunung Agung Pas Nyepi


"Itulah penting seorang pendaki, agar membekali diri dengan kemampuan bertahan hidup dan menyelamatkan diri dalam kondisi darurat," ujarnya.

Bagi pendaki yang minim kemampuan, mereka biasanya akan cenderung mengikuti arah datangnya suara misterius itu. Padahal, pada kenyataannya suara itu sangat sulit diduga berasal dari arah mana, atau dari kaki gunung sebelah mana.

"Sifat suara akan merambat ke atas apalagi jika malam hari, saya ingatkan, jangan sekali-kali berusaha menyelamatkan diri dengan berpatokan pada suara itu, karena bisa saja suara datang dari jurang akibat adanya rambatan suara dari asal suara," katanya.

Yang lebih berbahaya lagi, banyak pendaki pemula yang minim kemampuan dan pengalaman yang lari ketakutan ketika malam hari mendengar suara azan, pertunjukan wayang dan gamelan di tengah hutan pada malam hari.

"Ini akan lebih berbahaya lagi, karena jika dalam kondisi takut, bisa menyebabkan pendaki disorientasi dan tersesat, bahkan juga terjatuh ke jurang," jelas Daru.

Oleh karena itu, Daru mengimbau kepada pecinta alam dan pendaki untuk benar-benar membekali diri dengan kemampuan, logistik dan kondisi fisik sebelum mendaki gunung.

"Jangan memaksakan diri dan merasa mampu, jika tidak siap, lebih baik menahan diri," imbaunya.

Seperti diketahui, ketiga survivor mendaki melalui Jalur Blambangan tanpa diketahui siapa pun. "Saat itu di basecamp pos pendakian tidak ada aktivitas sehingga ketiganya dengan mudah naik tanpa izin," kata Kepala Operasional dan Pelatihan SAR DIY, Indro.

Ketiganya melakukan pendakian dari Jalur Blambangan pada Sabtu 7 Februari 2015.

Seharusnya ketiga sudah kembali pada hari Kamis 12 Februari 2015. Namun, ketiga kehilangan arah dan tersesat.

Ketiga Survivor baru diketahui tersesat setelah salah satu dari mereka mengirimkan pesan singkat ke SAR Purbalingga pada Kamis, 12 Februari 2015 dan Jumat 13 Februari 2015.

Mengintip Perjalan Tim Ekspedisi RI ke Aconcagua

Baca juga:


Srikandi Pendaki Gunung Aconcagua Pulang ke Indonesia


Hadlie Brechler, pendaki balita.

Balita Ini Sudah Mendaki Sejak Usia 1 Tahun

Dia telah mendaki di Grand Canyon, Hawai, dan Meksiko.

img_title
VIVA.co.id
30 Maret 2016