Kabut Asap, Udara di Riau Kian Memburuk

Tanggap Darurat Asap
Sumber :
  • ANTARA/FB Anggoro

VIVA.co.id - Kualitas udara di Pekanbaru, Riau, kembali memburuk. Saat ini, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) menunjukkan kualitas udara pada level sedang. Penurunan kualitas ini disebabkan kabut asap.

Maraknya titik api (hotspot) beberapa minggu belakangan ini di Riau membuat kabut asap tidak terelakkan. Berdasarkan data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu 18 Februari 2015, hotspot di Sumatera terdeteksi satelit 44 titik.

Dari jumlah tersebut, lebih dari separuhnya terdapat di Riau, yakni 26 titik. "Rinciannya, 7 titik berada di Bengkalis, Dumai 9, Rokan Hilir 4, Indragiri Hilir 5 dan Kepulauan Meranti 1 titik," ujar Kepala Bidang Data BNPB, Agus Wibowo, kepada VIVA.co.id.

Sementara itu, untuk mencegah dan menangani masalah kabut ini, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, saat menggelar Rakor di Riau awal pekan lalu meminta kewaspadaan semua pihak untuk pencegahan kebakaran.

Pasalnya, prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika(BMKG) menyatakan, iklim Indonesia bakal dipengaruhi el nino lemah sampai Juni 2015. Kondisi ini akan berdampak pada rendahnya intensitas dan frekuensi hujan dibanding tahun lalu.

Karena itu, secara khusus, Siti Nurbaya mengingatkan masyarakat dan pelaku usaha berbasis lahan untuk menjaga wilayah kerjanya dari kebakaran. Setiap perusahaan harus memiliki SDM dan peralatan yang memadai untuk pengendalian kebakaran.

Imbauan ini ditanggapi serius kalangan industri di Riau. Seperti disampaikan Presiden Direktur Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Tony Wenas, perusahaannya akan membantu pemerintah untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan di Riau.

"Perusahaan sudah menyiagakan heli di pusat komando karhutla di Pangkalan TNI AU Roesmin Nurjadin," ujar Tony Wenas.

Menurutnya, RAPP memiliki Pusat Komando untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan yang siap merespon potensi timbulnya api di seluruh HTI perusahaan dan lahan masyarakat di sekitar konsesinya.

Upaya pengendalian termasuk pemantauan di darat dan udara, termasuk memonitor titik panas dengan satelit yang dikaitkan dengan teknologi FDRS (Fire Danger Rating System) guna memitigasi dan mendeteksi sedini mungkin bahaya kebakaran lahan.

Perusahaan akan meningkatkan cadangan air di kanal dengan mengatur tata kelola air yang menggunakan teknologi ekohidro guna pencegahan awal.

"Perusahaan juga menyiagakan helikopter dan 700 pasukan Tim Reaksi Cepat Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran termasuk 630 anggota Masyarakat Peduli Api (MPA)," tambah Tony. (one)

DPR Pertanyakan SP3 atas Perusahaan Tersangka Pembakar Hutan

Baca juga:

Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia

Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?

Di sejumlah wilayah Sumatera kini mulai terjadi kebakaran hutan lagi.

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016