PBB: Perubahan Iklim Dunia Bergantung Hutan Indonesia

Menyikapi Pengelolaan Hutan Indonesia
Sumber :
VIVA.co.id
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?
- Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyoroti tingkat deforestasi atau penebangan hutan Indonesia yang tertinggi di dunia, yakni mencapai sekitar 680 ribu hektare per tahun.

Satelit Lapan Deteksi 232 Hotspot Jelang Puncak Kemarau

Menurut FAO, pembukaan dan pembakaran lahan, terutama di lahan gambut, mengakibatkan Indonesia  kehilangan keanekaragaman hayati yang cukup besar dan menghasilkan emisi gas rumah kaca tertinggi ketiga di dunia.

Dikutip dari siaran pers FAO yang diterima VIVA.co.id pada Jumat, 20 Maret 2015, dunia kembali menaruh perhatian pada tingkat deforestasi dan degradasi lahan Indonesia yang cukup mengkhawatirkan. Setengah dari daratan di Indonesia adalah hutan.

Kondisi itu meletakkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan hutan tropis terpenting di dunia, yang secara signifikan menyuplai oksigen yang cukup besar pada Bumi. Hutan Indonesia juga berperan penting di saat negeri ini semakin rentan terhadap perubahan iklim.

"Tidak mungkin kita dapat memenangkan perang melawan perubahan iklim tanpa melipatgandakan upaya kita untuk mengurangi deforestasi di Indonesia," kata Kepala Perwakilan FAO di Indonesia, Mark Smulders.

Pada tahun 2009, pemerintah Indonesia berjanji mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen secara mandiri dan sebesar 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia menegaskan kembali janji itu dalam sebuah pertemuan pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan perwakilan dari lembaga internasional.

Pendekatan komprehensif

Deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia menyangkut berbagai permasalahan yang saling terkait, termasuk perampasan dan penguasaan hutan, kebakaran hutan, peladangan berpindah, pembalakan liar, perdagangan hasil hutan ilegal dan kemiskinan.

Sebuah pendekatan yang komprehensif dan berkesinambungan dibutuhkan untuk melestarikan hutan dan pohon-pohon, membantu mengatasi degradasi lahan dan erosi serta mempertahankan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia. Pendekatan itu juga mencakup perlindungan pada daerah pesisir, mengurangi laju perubahan iklim dan menyediakan kebutuhan dasar bagi kehidupan jutaan orang.

FAO setuju untuk memberi bantuan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa tenaga ahli dan pendanaan untuk memperkuat Kesatuan Pemangku Hutan. Proyek itu diharapkan dapat membantu memperkuat kapasitas sumber daya manusia, komunitas dan institusi lokal untuk mendukung pengelolaan hutan yang berkesinambungan.

Climate smart agriculture

Menurut FAO, Indonesia menghadapi tantangan yang luar biasa untuk menjamin ketahanan pangan bagi populasi yang meningkat dengan cepat, sambil tetap mengelola kekayaan sumber daya alam untuk generasi mendatang.

Keseimbangan dari seluruh sektor produktif harus dipertahankan dengan baik. FAO telah mengembangkan sebuah pendekatan yang disebut climate smart agriculture, forestry and fisheries atau pemberdayaan pertanian, kehutanan dan perikanan yang bijak). Pendekatan ini menggabungkan upaya peningkatan produktivitas dengan mengadaptasi perubahan iklim dan pengurangan emisi gas rumah kaca.

FAO telah memberi pelatihan kepada pegawai negeri dan petani di Kalimantan Tengah agar bisa menerapkan konsep itu, di antaranya, untuk mencegah kebakaran hutan.

Lembaga itu juga akan bekerja sama dengan institusi pemerintah dan lembaga pembangunan lain untuk memberi bantuan teknis di tiga daerah dataran tinggi di Jawa dalam mengatasi degradasi lahan, mitigasi perubahan iklim dan pengelolaan hutan yang berkesinambungan. Praktik pertanian di daerah itu banyak mengakibatkan deforestasi dan degradasi lahan. (one)

![vivamore="
Jelang Puncak Kemarau,Titik Api di Sumatera Meningkat
Baca Juga :"]



[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya