Amnesty Internasional Protes Polisi Pukuli Pelajar Papua

Ilustrasi kekerasan atau bully
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
Papua Bangun Kompleks Olahraga Mewah untuk PON 2020
- Lembaga penegak hak asasi manusia dunia, Amnesty International, melaporkan ada empat pelajar di Papua telah dipukuli oleh kepolisian setempat. Kejadian itu terjadi pada pekan lalu tepatnya Rabu 18 Maret 2015.

Selundupkan Kayu, 8 Warga Papua Nugini Dicokok TNI AL

Dalam keterangan tertulisnya yang diterima VIVA.co.id, Amnesty International, menyebut empat nama pelajar yang mengaku telah dipukuli secara semena-mena, yakni Eldi Kogoya 17 tahun, Timotius Tabuni 17 tahun, dan Lesman Jigibalom 23 tahun, serta Mies Tabo 14 tahun.

"Mereka dipukuli saat sedang pulang ke rumah mereka dengan sepeda motor pada malam hari. Ada belasan anggota Brimob berpakaian preman dan bersenjata menghadang mereka dan menuduh mereka melakukan tindak kriminal," tulis Campaigner Amnesty International untuk regional Asia Tenggara dan Pasifik, Josef Roy Benedict, Jumat 27 Maret 2015.

Kejadian itu berlangsung di dekat pasar Cigombong, Kotaraja, Jayapura, Provinsi Papua. Tanpa diduga mereka pun dipukuli. Termasuk seorang anak lainnya yakni Mies Tabo, yang kebetulan berada di lokasi ikut dipukuli.

"Keempatnya diseret sepanjang jalan ke markas Brimob terdekat. Mereka ditahan di sana untuk beberapa saat sebelum dikirim ke rumah sakit. Semuanya telah dibebaskan tanpa tuduhan apa pun," kata Josef.

Dilaporkan, bila salah seorang pelajar itu yakni Lesman Jigibalom, dalam kondisi kritis di rumah sakit dengan luka tusukan dari bahu kanan yang menembus paru-parunya. Sementara Eldi Kogoya mengalami patah tulang rusuk dan Timotius Tabuni mengalami bocor di kepalanya.

"Semuanya memiliki luka-luka dan lebam di lututnya karena diseret sepanjang jalan. Mereka dan keluarganya mengalami trauma," kata Josef.

Atas dasar itu, Amnesty International menyerukan kepada pihak berwenang untuk mengambil langkah mendesak untuk menjamin keamananterhadap para korban.

Termasuk mendesak pihak berwenang untuk memastikan keempat pelajar tersebut memiliki akses kepada segala bantuan medik yang mereka perlukan, termasuk pelayanan psikologis.

"Kami juga menyerukan mereka untuk memerintahkan, secara segera, sebuah investigasi yang independen dan efektik terhadap tuduhan terjadinya tindak penyiksaan atau perlakuan buruk lainnya, dan membawa mereka yang bertanggung jawab ke muka hukum," kata Josef.

![vivamore="
Pendidikan di Kawasan Indonesia Timur Masih Timpang
Baca Juga :"]





[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya