- VIVA.co.id/Rasman Abdul/Polewali Mandar
Namun sayang, tak sedikit juga yang harus melewatkan masa ini. Kemiskinan dan rapuhnya ekonomi keluarga pun menjadi penyebab utama.
Kisah inilah yang dijalani Muhammad Ali. Bocah kecil berumur 6 tahun ini, harus merelakan masa bermainnya. Bagaimana tidak, sepeninggal kematian ayahnya pada tahun lalu, ia terpaksa menjadi pengurus keluarga.
Ibunya, Ammi, 55 tahun, menderita kebutaan dan tuli, sementara kakak tertuanya, Jamariah 12 tahun menderita cacat mental. Membuat Ali, harus berbuat layaknya orang dewasa.
Ia harus mengurusi keluarganya mulai dari mencuci, memasak, berbelanja bahkan hingga mengurusi adiknya yang paling kecil yang masih berusia tiga tahun.
Ali, bocah desa asal Dusun Toerang Batu Desa Batetangga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat, sudah menjadi sosok pahlawan buat keluarganya.
Tanggung jawab besar yang dipikulnya, memang mengharukan. "Saya buta dan tidak bisa berbuat banyak. Sehari-hari cuma Ali yang bisa diandalkan. Saya sedih melihat Ali sebenarnya, tapi bagaimana lagi di rumah kami cuma Ali yang bisa membantu," tutur Ammi.
Ali memang terbilang cekatan dalam mengurus rumah. Ia mampu memasak, mencuci hingga membantu mengurusi adiknya. "Ali bagi saya sudah menjadi mata dan kaki bagi saya dalam sehari-hari," ujar Ammi.
Ratna, salah seorang tetangga keluarga Ali, mengakui keprihatinan yang dialami keluarga tersebut. Kemiskinan yang membelit, memaksa keluarga Ali berharap belas kasih dari warga sekitar.
"Semenjak ayahnya meninggal, hidup keluarga mereka semakin memprihatinkan. Kami para tetangga cuma bisa membantu lewat kebutuhan makan. Mudah-mudahan lah ada orang dermawan yang mau membantu mereka," kata Ratna.
