Terlanjur Menikah, Dua Siswi di Papua Tak Ikut UN

Ilustrasi sekolah unggul dengan ffasilitas yang baik
Sumber :
  • ANTARA/ M Agung Rajasa
VIVA.co.id
UN Lancar, Mendikbud Berterima Kasih pada Hacker
- Dua orang siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wasior, Papua Barat dilaporkan tidak mengikuti Ujian Nasional (UN). Keduanya diketahui sudah menikah dan memiliki tanggungan keluarga sehingga menolak untuk mengikuti ujian akhir.

Pernyataan Mengejutkan Aurel saat Dihujat Ikut Ujian Paket C

"Ya betul ada dua orang siswi yang tidak mengikuti UN. Orangtua mereka sudah datang ke sekolah dan memberitahu kalau anaknya tak bisa datang karena sudah menikah," ujar Kepala SMAN 1 Wasior Wenan Imburi, Senin, 13 April 2015.

Tahun ini, menurut Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan kejuruan Dinas Pendidikan Kabupaten Teluk Wondama Jhon Charles Windesi, UN di SMA Negeri 1 diikuti oleh 183 siswa, SMA Negeri 2 yang terletak di distrik Windesi sebanyak 38 siswa, SMK Kelautan sebanyak 11 siswa dan SMK Negeri Tandia sebanyak 81 orang.

Siagakan petugas PLN

Sementara di Kota Bogor, guna mengantisipasi kemungkinan gangguan aliran listrik selama pelaksanaan UN, daerah ini sengaja menyiagakan dua petugas di Perusahaan Listrik Negara (PLN).

"Selama UN, dua petugas PLN itu berjaga-jaga di sekolah maupun di gardu PLN," ujar Wakil Wali Kota Bogor Usmar Hariman usai memantau UN berbasis komputer di SMKN 3 Kota Bogor, Senin, 13 April 2015.

Ia mengatakan, sampai saat ini pelaksanaan UN berbasis komputer maupun soal tidak mengalami masalah. Di Kota Bogor ada tiga sekolah yang melaksanakan UN berbasis komputer. Antara lain, SMKN 3, SMK Infokom dan SMK Wikrama.

Pelajaran yang Sulitkan Stuart Collin saat Ujian Paket C

"Setiap sekolah menyediakan dua puluh lima cadangan, untuk mengatasi komputer yang digunakan peserta UN mengalami error,"tuturnya.

Sedangkan di Yogyakarta, UN kali ini akan diikuti oleh 48.612 siswa SMA sederajat. Di daerah ini, hanya SMAN 1 Wonosari dan 35 SMK yang menjalankan UN berbasis komputer.

"Persiapan sudah matang, tapi kami tetap meminta perhatian kepada para petugas khusus CBT sehingga bisa memberikan solusi secara cepat dan tepat ketika terjadi permasalahan," ujar Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY Baskara Aji.

Ia mengatakan, pada sekolah-sekolah yang menyelenggarakan UN berbasis komputer, satu server dipakai untuk 20-30 siswa. Harus pula menyediakan 4-5 unit perangkat komputer guna mengantisipasi satu atau dua siswa yang mengalami kegagalan.

"Apabila kegagalan UN melingkupi satu sekolahan, maka siswa akan mengikuti ujian susulan. Yang pasti, jangan sampai pelaksanaan CBT kemudian beralih ke PBT," tuturnya.


Takdir/Papua Barat

![vivamore="
Baca Juga
:"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya