- iStock
"Persedian obat di gudang hanya cukup untuk tiga bulan. Warga Batu dilarang sakit. Minimnya stok obat membuat pelayanan kesehatan tak maksimal, kasihan masyarakat,” kata Kepala Seksi Farmasi Makanan Minuman dan Perbekalan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Batu, Eny Musfirotun, Jumat 16 April 2015.
Tercatat, dari 313 jenis yang tersedia sebanyak 42 jenisnya diketahui telah habis. Obat-obatan itu berupa obat untuk batuk, sesak nafas, dan tekanan darah tinggi hingga obat antibiotik juga ikut mengalami krisis.
"Puskesmas kini diminta menggalakkan penggunaan obat herbal dan tradisional untuk penyakit ringan seperti flu dan penyakit lainnya," ujar Eny.
Komisi Pelayanan Publik KPP Jawa Timur meminta tim pengkaji masalah segera merumuskan solusi atas krisis obat itu. Sehingga tidak mengganggu proses layanan kesehatan masyarakat.
"Krisis obat menyebabkan pelayanan kesehatan terganggu. Rakyat dirugikan," kata Komisioner KPP Jawa Timur Immanuel Yosua.
Tak Dianggarkan
Sejauh ini, terungkap bila krisis obat ini ditengarai oleh dicoretnya anggaran pengadaan obat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Batu pada tahun 2015.
Menurut Immanuel, disinyalir ada ketidakberesan dalam penyusunan anggaran dan sikap Pemkot Batu terkesan diam dan membiarkan anggaran dicoret.
"Hanya aspek administrasi yang diperhatikan. Tapi abai terhadap pelayanan publik," katanya.
Sementara itu, salah seorang anggota DPRD Kota Batu Heli Suyanto, mengatakan anggaran belanja obat memang dicoret lantaran Dinas Kesehatan tak memiliki standar yang jelas dalam pengadaan obat. Yakni tak memiliki data kebutuhan obat masyarakat Batu dan perencanaannya.
"Dinas Kesehatan tak memiliki data dan analisis mengenai warga yang sakit dan kebutuhan obatnya," katanya.
Lima Bahan Herbal untuk Kulit Berseri
Antioksidan yang hadir dalam kunyit dapat meningkatkan kesehatan kulit
