Ini Tempat Presiden Soeharto Lolos dari Serangan Belanda

Tugu Soeharto di Kaligarang, Semarang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Tugu Soeharto di Sungai Kaligarang, Sampangan, Semarang, populer dikaitkan dengan ritual kungkum atau berendam di sungai saat malam menjelang 1 Muharram atau 1 Suro. Sesuai namanya, ritual ini meniru  yang pernah dilakukan mantan Presiden Soeharto yang saat itu masih berdinas militer di Jawa Tengah.

Terdapat beberapa versi tentang kisah Tugu Soeharto. Konon, sungai itu sebagai tempat persembunyian mantan Presiden Soeharto untuk menghindari kejaran tentara Belanda.

Ia kungkum di dalam tempuran pertemuan kali Kreo dan kali Gunungpati yang terletak di Kali Kaligarang. Tentara musuh hanya melintas di tempat itu. Untuk mengenang tempat tersebut, mantan presiden itu mendirikan Tugu Soeharto. Sesuai yang tercatat di bangunan itu, didirikan pada 30-9-1965/1-10-1965.

Versi lain nama Tugu Soeharto konon berawal dari saat Presiden kedua itu berpangkat mayor bertugas di Kota Semarang. Saat perang melawan Belanda, ia terdesak  lari ke arah selatan. Pada waktu itu daerah Sampangan masih hutan.

Dia lalu melompat ke sungai yang menjadi pertemuan muara antara sungai Gunungpati dan Kreo, kemudian menancapkan tongkat dan berendam. Di titik inilah kemudian dibangun sebuah monumen yang diberi nama Tugu Soeharto.

Menurut versi lainnya lagi, Tugu Soeharto dibangun sebagai tanda “terimakasih” Pak Harto yang selamat dari berondongan tembakan tentara Belanda  setelah bersembunyi di balik batu besar di sungai Kaligarang.

Kabarnya, sejak saat itu, pada malam-malam tertentu Soeharto berendam semalam suntuk di tempuran (pertemuan dua aliran sungai Kaligarang) yang terletak di kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajah Mungkur ini.

Sebagai penganut kejawen, mendiang Soeharto percaya bahwa laku spiritualnya ini akan membawa kemuliaan. Beberapa tahun kemudian Soeharto berhasil menjadi orang nomor satu di Indonesia. Ia bahkan berkuasa hingga 32 tahun lebih sebelum lengser pada tahun 1998.

Ada kejadian yang berkaitan dengan Tugu Soeharto. Seperti seorang perempuan hamil yang selamat dari terjangan banjir besar tahun 1990-an. Dia selamat karena terus mendekap tugu hingga datang pertolongan dari SAR dan warga setempat. Warga juga percaya jika sungai tersebut dijaga makhluk gaib berwujud buaya putih.

Menurut keterangan sesepuh kelurahan Bendan Duwur, Soekarno, pada era tahun 1980-an masih banyak sesepuh yang menjalankan lelaku kungkum untuk berdoa kepada Tuhan karena suasananya tenang. Kini lebih didominasi oleh kawula muda yang hanya sekedar ikut-ikutan meramaikan suasana tanpa mengerti makna yang sesungguhnya.

Dulu hanya para murid Romo Diyat, guru spiritual mantan Presiden Soeharto yang berani menginjakkan kaki dan melakukan ritual kungkum di Tugu Suharto karena suasananya masih gelap dan wingit (angker). Waktu itu di tempat ini masih gelap,  di kanan kiri banyak ditumbuhi rerumputan lebat. Jadi orang biasa yang akan ke sana  sudah bergidik dan takut.

Saat ini hanya satu dua sesepuh saja yang masih melakukan ritual di kawasan Tugu Soeharto bersama masyarakat umum yang sebagian besar adalah anak muda. Sementara para sesepuh yang lain lebih memilih ikut ritual di daerah Solo dan Yogyakarta.

Setelah adanya pembangunan normalisasi Sungai Kaligarang-Banjir Kanal Barat oleh pemkot Semarang, kawasan Tugu Suharto yang dulunya dipenuhi alang-alang dan gelap, kini sudah tertata rapi dan indah.

Bahkan dengan adanya jembatan baru yang dilengkapi dengan lampu penerangan menggantikan jembatan gantung yang rusak. Lokasi yang dulunya sepi, kini banyak didatangi oleh masyarakat untuk jalan-jalan sore. (one)

Baca juga:

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI
Skesta arwah

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

Aneh tapi nyata, namun begitulah faktanya.

img_title
VIVA.co.id
19 Januari 2016