Din Syamsuddin Berkirim Surat kepada Pemimpin ISIS

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), Din Syamsuddin.
Sumber :
  • ANTARA/Reno Esnir
VIVA.co.id
Gelar Operasi Antiteror, Polisi Kanada Lumpuhkan Tersangka
- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Din Syamsuddin, mengaku telah berkirim surat kepada pemimpin kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Abu Bakar Al Bagdadi.

ISIS Klaim Rampas Senjata Milik Tentara AS

Din tak menyebutkan waktu surat terbuka itu dikirim. Dia hanya mengatakan bahwa surat itu berisi pertanyaan tentang dasar hukum atau dasar agama pendirian ISIS maupun ideologi mereka. Tapi surat itu tak pernah dibalas.
Militer Mesir Klaim Tewaskan Pentolan ISIS di Sinai


“Sampai sekarang tidak dijawab. Saya yakin mereka tidak bisa menjawab dengan baik,” kata Din saat menjadi narasumber pada sebuah diskusi sinergi tiga pilar "Save Indonesia No ISIS" di Airlangga Convention Center, Surabaya, Jawa Timur, Selasa, 21 April 2015.


Din, yang juga Ketua Umum Muhammadiyah, mengaku geram dengan gerakan dan ajaran ISIS yang merusak nilai-nilai perdamaian Islam dengan berbagai tindakan kekerasan. ISIS menyabotase nilai luhur Islam menjadi sebuah gerakan teror yang mengacam kemanusiaan.


Dia bahkan menilai ISIS bukan kelompok atau organisasi keagamaan Islam. ISIS, katanya, tak lebih sebuah gerakan politik radikal yang mempunyai cita-cita kepentingan politik tertentu yang bersifat radikal yang ingin memotong akar peradaban demi kepentingan mereka.


"ISIS itu gerakan radikal yang hanya melakukan penyalahgunaan agama. ISIS telah membegal agama untuk kepentingan politiknya," ujarnya.


Din meyakini bahwa ISIS adalah bagian dari rekayasa global. Selama ini memang ada yang mengatakan ISIS sebagai sempalan Al Qaeda. Ada juga yang berpendapat gerakan ISIS didukung tentara Irak, Jaizul Mujahidin, di masa pemerintahan Saddam Husein.


“Tapi, dari dulu saya meyakini ada rekayasa global yang ingin memorak-porandakan dunia Islam. Ini keyakinan saya. Saya melihat dunia Islam sudah diobok-obok. Dunia Barat saat ini mengalami krisis energi. Mereka bingung, negeri-negeri di Asia bangkit,” kata menganalisis.


Pemerintah Indonesia, kata Din, tentu tak boleh diam atau sebatas menangkapi tersangka pengikut ISIS atau kelompok radikal lain melalui pendekatan militeristik. Sebab sumber permasalahan radikalisme adalah ideologi dan faktor ekonomi. Solusinya pun harus menyeluruh.


Selain dengan pendekatan ideologis, pemerintah harus menyejahterakan rakyat secara menyeluruh, bukan berat sebelah. Soalnya alasan beberapa warga yang bergabung dengan ISIS ke Suriah karena iming-iming gaji yang besar. Artinya, ada faktor ekonomi yang melatarbelakanginya.


"ISIS harus dihadapi secara komprehensif. Mereka sangat ideologis, maka kita harus menerapkan ideologi ala Indonesia, yakni Islam jalan tengah. Umatan wasathon yang tidak terlibat radikalisme ke kanan maupun kiri," katanya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya