Mimbar 'Suci' di Kota Semarang

Masjid Ki Ageng Pandanaran
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id - Warga Kota Semarang, tentunya sudah akrab dengan tokoh besar Ki Ageng Panandaran, atau lebih dikenal dengan nama Ki Ageng Pandan Arang. Ya, tokoh besar penggagas berdirinya Kota Semarang ini meninggalkan banyak jejak yang kini banyak diziarahi masyarakat.

Salah satu peninggalan yang dianggap suci itu adalah mimbar Masjid Ki Ageng Pandanaran, yang berlokasi di Jalan Mugas Dalam II/ 4, Kelurahan Randusari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Mimbar suci berukuran 3x2 meter itu masih terus terawat hingga saat ini.

Menurut sejarahnya, mimbar berwarna hitam mengkilat dengan kain putih yang melingkupinya itu merupakan tempat spiritulitas Ki Ageng Pandanaran kala itu. Di bagian tengah mimbar terdapat sebuah sajadah yang berbau wangi. Hingga kini, mimbar itu masih asli dan menghadap arah kiblat sebagai tempat salat.

Sebagai adipati, atau bupati pertama Semarang, Ki Ageng Pandanaran seringkali melakukan semedi dan salat di tempat ini. Dulunya adalah tempat perkumpulan tokoh-tokoh saat itu, kini dijadikan sebuah masjid bernama bernama Masjid Ki Ageng Pandanaran.

Tokoh penting berdirinya Kota Semarang ini adalah sebagai pencetus nama Semarang yang berasal dari istilah Asem Arang. Dulunya, daerah ini terdapat pohon asem yang tumbuhnya jarang (arang). Dinamailah Ibu Kota Jawa Tengah itu dengan nama Semarang.

Mimbar suci yang saat ini terus terawat di masjid Ki Ageng Pandanaran berada di ruangan utama bagian makam. Ruangan ini merupakan lokasi peristirahatan terakhir beliau, beserta dua makam yang mengapit, yakni milik ayahnya, Syeh Maulana Ibnu Abdussalam, dan istrinya, Endang Sejanila. Tak hanya itu, lokasi makam murid dan keluarga juga berada di area paling belakang. Termasuk, adanya kolam ikan dan tanaman hias yang berada di samping kanan makam.

Tak sembarang mimbar, tempat bersemedi itu kini masih digunakan oleh orang khusus di Semarang. Biasanya, setiap tokoh yang menduduki posisi Wali Kota Semarang, kerap bersemedi di mimbar ini. Seperti Wali Kota Sukawi Sutarip (2000-2010), Soemarmo (2010-2013), dan Wali Kota Semarang saat ini Hendrar Prihadi (2013-sekarang).

"Setiap pemimpin Semarang sering semedi di sini, biasanya seminggu, atau sebulan sekali. Mereka istilahnya 'tirakatan' dan minta petunjuk kepada Allah. Karena, di sini tempatnya pendiri Kota Semarang, " ujar Agus, juru kunci makam.

Masjid Ki Ageng Pandanaran

Mimbar Masjid Ki Ageng Pangandaran yang dianggap suci. (VIVA.co.id/Dwi Royanto)

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Ki Ageng Pandanaran meninggal pada tahun 1496. Semasa hidupnya, Adipati Semarang ini terus menyebarkan agama Islam di wilayah Semarang. Meskipun Ki ageng Pandanaran hidup dalam masa yang sama dengan para Wali Songo, namun beliau tidak termasuk ke dalamnya. Berbekal ilmu agamanya, Kota Semarang, bahkan menjadi salah satu pusat penyiaran agama Islam, serta menjadi bagian dari Kerajaan Demak.

Berkat syiar Islam, Ki Ageng Pandanaran saat itu, Kota Semarang yang dulunya wilayah maritim, kemudian banyak orang berdatangan untuk bermukim maupun berdagang di Semarang. Disebut-sebut, lokasi masjid tempat pemakaman Ki Ageng Pandanaran itu merupakan satu-satunya dataran tinggi asli di Semarang.

"Konon, wilayah sekitar tempat ini adalah laut. Dan, di sini lokasi tertinggi. Sehingga, dijadikan padepokan, atau pesantren, " kata Agus, menceritakan.

Kini, lokasi masjid Ki Ageng Pandanaran menjadi satu situs bersejarah yang ada di Kota Lumpia. Sempat mengalami perombakan dan pembangunan dari tahun ke tahun, tetapi ada sejumlah bangunan asli yang kini terus dipertahankan. Seperti mercusuar yang kerap digunakan untuk mengumandangkan azan, saat waktu salat tiba.

Arsitektur menara masjid dengan kubah di atasnya itu merupakan bangunan khas Belanda. Bahkan, anak tangga melingkar yang terbuat dari besi kuno itu masih kokoh berdiri. Menara itu sampai saat ini juga digunakan sebagai menara pandang untuk melihat lebih lengkap Kota Semarang dari ketinggian.

Sampai saat ini, makam Ki Ageng Pandanaran banyak dikunjungi oleh peziarah, khususnya pada acara haul meninggalnya beliau. Haul ulama besarĀ  Semarang itu diperingati tiap 17 Muharam setiap tahunnya. (asp)

Skesta arwah

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

Aneh tapi nyata, namun begitulah faktanya.

img_title
VIVA.co.id
19 Januari 2016