Perjuangan Para Migran yang Kandas di Perairan Aceh

Para imigran gelap asal Banglades dan Myanmar di Aceh
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zulkarnaini
VIVA.co.id
Menkumham: Indonesia Kewalahan Hadapi Imigran
- Ratusan buruh migran asal Bangladesh dan Myanmar tujuan Malaysia yang terdampar di perairan Aceh, Indonesia, kini telah direlokasi ke lokasi penampungan yang baru.

Komisi IX Minta Menaker Lebih Giat dan Pro Terhadap Buruh

Beragam kisah muncul dari para buruh migran ini hingga akhirnya harus bertahan di ujung Sumatera.
Kapal Terbalik, Lima Migran Tenggelam di Yunani


Muhammad Malik (45 tahun). Pria asal Bangladesh yang cukup fasih berbahasa melayu ini menuturkan kisah tragisnya selama di tengah laut.

Sejak meninggalkan negaranya, ia bersama puluhan warga Bangladesh lainnya yang hendak mengadu nasib di Malaysia, sudah dua kali berganti kapal di jalur laut yang tidak diketahui titik koordinatnya.


Awalnya, warga Bangladesh berangkat dari kota Bogura dengan menggunakan
speed boat
bermuatan 20 orang hingga 30 orang, tidak tahu kenapa mereka digantikan kapal yang lain.


"Kami sama sekali tidak tahu harus berganti-ganti kapal. Kapten kapal menyuruh kami untuk naik ke kapal yang lain," kata Malik, Senin 11 Mei 2015.


Di tengah-tengah laut yang tidak diketahui lokasinya, warga Bangladesh ini dikumpulkan dengan warga Myanmar dalam satu kapal yang bermuatan 500 orang hingga 600 orang.


Setiap warga dijanjikan akan dapat pekerjaan di Negeri Jiran dengan membayar kepada calo sebanyak 4.400 Ringgit atau sebanyak Rp16 juta lebih.


Namun nasib berkata lain. Mimpi ratusan migran ini kandas. Para calo melarikan diri, hingga akhrinya mereka pun terdampar di Serambi Mekah.


"Selama di dalam kapal, kami dianiaya, dipukul pakai rotan, disiram pakai air panas dan dipukul pakai senjata. Sekujur tubuh kami kini masih banyak  bekas pukulan calo asal China," kata Malik.


Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk urusan pengungsi (UNHCR) menyebutkan, peristiwa yang terjadi seperti ini diduga sering dilakukan oleh jasa penyelundup manusia yang mengunakan kapal seadanya.


"Kapal ini termasuk kecil untuk ukuran yang bermuatan 500-600 orang, ini sangat berbahaya," kata Mitra Salima Suryono, Public Information Officer UNHCR, Rabu 13 Mei 2015.


Kata Mitra, sering sekali kapal-kapal yang membawa para imiran dengan ukuran yang bukan muatannya tenggelam di tengah-tengah laut. Mereka termasuk beruntung bisa sampai di daratan Indonesia.


"Kapal itu tidak memadai. Banyak tenggelam di laut, menelan korban jiwa. Ini kebetulan mendarat di Indoneaia," ujar Mitra.


Menurutnya, cara perpindahan dari perahu ke perahu yang lain di tengah laut sudah menjadi cara kerja kejahatan para pelaku
human trafficking
atau perdagangan manusia. Mereka juga sering diperlakukan dengan kekerasan terhadap korban.


"Ini sulit dipecahkan, harus ada dukungan dari negara-negara Asia Pasifik untuk memecahkan masalah ini. Kami apresiasi kepada pemerintah Indonesia yang terbuka dan menangani dengan baik para imigran. Alhamdulillah pemerintah Aceh Utara baik hati sekali, aliran bantuan terus bergulir," tuturnya.


UNHCR mencatat sejak tahun 2015 ini ada sekitar 12 ribu lebih yang mencari perlindungan hidup, hampir di seluruh Indonesia ada. Mereka berasal dari Srilanka, Afghanistan, Somalia dan Myanmar. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya