Tangani Pengungsi Rohingya, Ini Usul Indonesia

Polisi Indonesia membagikan pakaian bekas pada migran Rohingya di Aceh.
Sumber :
  • REUTERS/Roni Bintang

VIVA.co.id - Tiga negara di kawasan Asia Tenggara yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand sepakat untuk bertemu di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu, 20 Mei 2015. Mereka akan membicarakan nasib ribuan pengungsi Rohingya yang masih terlunta-lunta di Laut Andaman.

Myanmar Diminta Tak Diskriminatif Terhadap Rohingya

Pertemuan yang rencananya akan dihadiri oleh menteri luar negeri ketiga negara ini digelar guna mencari solusi dan mekanisme terbaik dalam mengatasi arus pengungsi. Indonesia akan diwakili oleh Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.

Dalam pertemuan itu, pemerintah Indonesia akan mengusulkan tiga poin untuk menyelesaikan bencana kemanusiaan ini. Pertama, harus diketahui dulu akar masalah pengungsian ini. Kedua, harus ada kerja sama dengan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan badan PBB untuk penanganan pengungsi, UNHCR serta berbagai pihak terkait.

Tokoh Rohingya Sanjung Keramahan Warga Aceh Utara

"Baik dalam bentuk country of sources, negara asal, negara transit dan negara tujuan. Mengenai proses percepatan verifikasinya, resettlement-nya, dan sebagainya," ujar Menlu Retno Marsudi, Selasa, 19 Mei 2015.

Retno menambahkan, hingga Maret 2015 sudah ada 12.000 pengungsi di Indonesia. Sedangkan, transmigrasi hanya bisa dilakukan maksimal 500 orang.

Kemlu: RI Harus Bangga Bersedia Tampung Imigran

"Artinya, dengan angka 12 ribu saja, kalau tidak ada proses percepatan resettlement, maka masalah ini baru akan bisa diselesaikan 12 tahun lagi. Itu dari 41 negara," ujarnya.

Ketiga, guna mencegah terjadinya perdagangan manusia perlu adanya kerja sama antar negara untuk menekan isu perdagangan manusia.

"Isu trafficking-nya, yang merupakan salah satu penyebab terjadinya infract itu juga harus di-address melalui kerja sama transnasional crime," ujarnya.

Retno mengingatkan, Indonesia bukan negara yang meneken konvensi pengungsi pada tahun 1951. Sehingga apa yang telah dilakukan Indonesia untuk para pengungsi ini sudah lebih dari cukup.

"Ini melebihi apa yang seharusnya dilakukan oleh Indonesia."

Tekan Myanmar

Selain itu, pemerintah Indonesia juga akan terus berusaha berkomunikasi dengan pemerintah Myanmar untuk bicara soal Rohingya. Langkah itu agar Myanmar sebagai negara asal Rohingya terlibat secara konstruktif terhadap isu ini.

"Kita kirim pesan kan dalam konteks constructive engagement. Kita terus berupaya untuk melakukan komunikasi dengan pemerintah Myanmar. Saya sendiri juga sedang berupaya untuk berkomunikasi dengan Myanmar," ujar Retno.

Indonesia tidak akan menekan Myanmar. Namun, mengajak berdiskusi dan bersama-sama memecahkan masalah Rohingya. Sebab, pengungsi merupakan masalah internasional yang harus diselesaikan bersama.

Indonesia akan menginisiasi masalah pengungsi ini berdasarkan Bali Prosses. Prinsip yang ditekankan adalah bersama-sama berbagi ide antara negara asal, negara transit dan negara tujuan untuk masalah pengungsi dengan melibatkan UNHCR dan IOM.

"Kita address hulunya, kita juga menyerukan hilirnya seperti apa," ujar dia.

Retno menuturkan, apa yang telah dilakukan Indonesia telah mendapat apresiasi dari PBB. Sebab, Indonesia sudah melakukan banyak hal untuk para pengungsi meski tidak tergabung dalam negara yang menandatangani konvensi pengungsi.

"Kita mendapatkan apresiasi dari deputi Sekjen PBB yang melakukan komunikasi dengan Kemenlu pada hari Minggu sekitar pukul 9.30-10.00 pagi hari. Jadi Indonesia diapresiasi atas apa yang telah dilakukan  terhadap 1300 orang yang berada di wilayah kita."

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya