Detik-detik Presiden Soeharto 'Lengser Keprabon'

Sorot 20 tahun Reformasi - Presiden Soeharto saat mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.
Sumber :
  • Office of the Vice President of the Republic of Indonesia
VIVA.co.id
Kejagung Janji Usut Pelanggaran HAM di Masa Lalu
- Pagi menjelang siang, pekik kegembiraan terpancar di seluruh pelosok Indonesia. Kepalan tinju dan teriakan kemenangan menggema di udara.

Lima Provinsi Ini Paling Banyak Laporan Pelanggaran HAM

Hari itu, Kamis 21 Mei 17 tahun lalu, tepat sehari usai peringatan Hari Kebangkitan Nasional, untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, Presiden Soeharto, yang telah berkuasa 32 tahun, resmi menyatakan mundur dari kekuasaannya.
Kontroversi Wiranto Jadi Menteri


"Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari Kamis, 21 Mei 1998," kata Presiden Soeharto kala itu. Berakhir pula rezim Orde Baru.


Sorak sorai dan gegap gempita ribuan aktivis yang telah berhari-hari tidur di gedung parlemen pada tujuhbelas tahun silam itu menjadi sejarah. Perjuangan melelahkan yang sudah menghilangkan banyak nyawa dan darah berujung sudah.


"Hidup reformasi, hidup reformasi!" teriak sejumlah aktivis.


Bulan itu benar-benar menjadi puncak ketakutan di sejumlah wilayah. Krisis keuangan negara, aksi pembakaran, penjarahan, pemerkosaan hingga pembunuhan mewarnai Indonesia kala itu.


Dikutip dalam laporan investigasi majalah terkemuka Asia,
Asiaweeks
dalam judul 'Sepuluh Hari yang Mengoyak Indonesia', setidaknya ada 1.188 orang tewas, 468 wanita diperkosa, 40 mall dan 2.470 toko ludes dimakan api, serta tidak kurang dari 1.119 mobil dilaporkan dibakar atau dirusak pada masa itu.


Hingga kini, meski pemerintah sudah menetapkan sejumlah tersangka atas kerusuhan itu. Namun misteri siapa penyebab dan penggerak kerusuhan yang memicu bentrok mahasiswa, masyarakat sipil dan polisi itu, tetap tak jelas ujungnya.


Marsayanu, seorang ibu yang anaknya menjadi korban kerusuhan Mei 1998, mengaku tetap belum puas dengan penuntasan kasus itu. Trauma mendalam masih melekat diingatannya, terutama saat melintas mall Klender yang dahulu bernama Yogya Plaza.


"Sampai sekarang saya merasa masih belum puas. Karena jasad anak saya masih belum bisa ditemukan, kalau ditemukan itu kan kita bisa urus secara baik-baik," ujarnya, Selasa 12 Mei 2015.


Gerakan Serupa?

Di lain waktu, hari ini, Kamis 21 Mei 2015, mahasiswa se antero Indonesia dikabarkan akan menggelar aksi massa mengkritisi kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Jusuf Kalla.


Secara bergelombang, aksi sudah berjalan sejak Rabu 20 Mei 2015 di beberapa wilayah. Tak diketahui jelas, apakah aksi itu merupakan rangkaian kesatuan aksi massa yang kabarnya diklaim akan dilakukan besar-besaran hari ini.


Terlepas dari itu. Yang jelas tragedi Mei 1998 memang tak bisa dilupakan begitu saja. Kisah kelam itu terlanjur melukai negeri. Siapapun pelaku dan dalangnya memang patut diusut. (ren)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya