Densus Fokus Buru Santoso dan Basri

Sejumlah personel Inafis melakukan olah TKP tewasnya salah satu teroris anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso usai baku tembak dengan Densus 88 pada Jumat, (3/4/2015).
Sumber :
  • ANTARA/Fiqman Sunandar
VIVA.co.id
Gelar Operasi Antiteror, Polisi Kanada Lumpuhkan Tersangka
- Operasi Camar jilid II menembak mati dua orang dari kelompok jaringan Santoso, di Desa Gayatri, Poso, Sulawesi Tengah, dan mengamankan tujuh orang lainnya yang terlibat kelompok itu. Menurut Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Detasemen Khusus 88 Anti Teroris terus melakukan pemburuan dua pimpinan kelompok teroris tersebut.

Polisi: Moril Kelompok Santoso Mulai Jatuh

"Ya tetap kami targetnya adalah Santoso meski Daeng Koro sudah kena, tetap di sana ada dua tokoh yang perlu juga kami lakukan penindakan yaitu Santoso sendiri dan Basri," ujar Badrodin, di Rupatama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa, 26 Mei 2015.
Bertemu Menteri Australia, Yasonna Bahas Soal Terorisme


Oleh karena itu, Santoso dan teroris yang sampai saat ini masih dicari keberadaanya. Sedangkan Basri merupakan terpidana pada kasus sejumlah aksi terorisme di Poso tahun 2005 yang kabur dengan alasan menjenguk keluarganya yang sedang sakit pada tahun 2013 lalu.


"Ini yang akan terus kita lakukan pengejaran dan penangkan terhadap mereka," katanya.


Badrodin sendiri mengakui, pemburuan kepada pucuk pimpinanan kelompok teroris terkendala masalah lokasi yang letaknya di hutan. Sehingga terlalu sulit mencari orang tersebut.


"Kesulitannya ya memang di hutan, hutannya kan luas," ujarnya.


Kemudian, dari hasil operasi Camar Maleo dalam sepekan, Densus berhasil menembak mati dua teroris anggota Santoso dan tujuan orang lainnya. Serta telah mengamankan barang bukti berupa senjata M-16 dan beberapa peluru.


Menurut Badrodin, senjata ini ada dari dalam negeri dan juga ada yang di selundupkan dari luar negeri ke dalam negeri. Karena pihak kepolisian telah menemukan senjata itu buatan Filipina, sehingga senjata ini dikirim dari Filipina ke Indonesia.


Tapi ia enggan menyebutkan senjata itu bantuan dari kelompok teroris mana, karena masih di dalami.


"Kita ngak tahu apakah bantuan, apakah penyelundupan, apakah itu pembelian secara ilegal. Tapi itu di wilayah kita," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya