Tepat 9 Tahun Gempa Melanda Yogya

Ilustrasi gempa bumi
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id -
Kumpulan Sentra Kuliner di Yogyakarta
Bencana gempa bumi telah meluluhlantakkan Yogyakarta dan sekitarnya pada Sabtu 27 Mei 2006. Ribuan nyawa melayang dan ratusan ribu rumah milik penduduk roboh. Masyarakat kala itu, seperti putus harapan dan syok melihat sanak saudaranya meninggal akibat tertimpa bangunan rumah.

Menanti Pintu Gerbang Dunia di Kulonprogo

Hari ini, Rabu 27 Mei 2015, tepat sembilan tahun gempa bumi melanda Yogyakarta, dan ekonomi masyarakat telah pulih sepenuhnya. Puing-puing rumah yang hancur sudah tidak nampak lagi. Warga pun mulai menatap masa depan yang lebh baik dan trauma gempa bumi berangsur-angsur pulih kembali.
Festival Kuliner Dunia, Acara Terbesar di Jogja


"Kalau kita lihat saat ini, masyarakat sudah pulih seperti sebelum gempa bumi melanda Yogyakarta," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, DIY, Dwi Daryanto, Rabu 27 Mei 2015.

Dwi mengakui, memulihkan trauma akibat bencana gempa bumi tidaklah mudah. Apalagi, mereka yang harus kehilangan sanak saudara, bahkan menjadi yatim piatu.


"Usaha dari berbagai lembaga pemerintah, swasta, bahkan luar negeri untuk mendorong masyarakat Yogya bangkit dari keterpurukan, kini telah menuai hasilnya," ujarnya.


Usai sembilan tahun ini juga bangunan-bangunan rumah milik warga, setidaknya telah dilengkapi dengan rangka baja, sehingga ketika gempa terjadi, para penghuni di dalamnya bisa menyelamatkan diri sebelum bangunan rumah tersebut roboh.


"Masyarakat sudah sadar bahwa mereka tinggal di daerah bencana gempa bumi dan membangun rumah, atau bangunan lain yang tahan gempa bumi," imbuhnya.


Menurutnya, saat ini, sudah banyak desa yang kini dinyatakan sebagai desa sadar bencana. Masyarakatnya pun sudah tahu apa yang akan dilakukan jika bencana melanda.




Menurut Dwi, sebagai instansi yang pertama kali menangani bencana, BPBD selalu memberikan sosialisasi dan mengingatkan kepada masyarakat akan ancaman bencana yang sangat mungkin terjadi di Bantul.


"Kita terus melakukan sosialisasi, membuat simulasi bencana gempa di berbagai sekolahan dan juga langsung di masyarakat," katanya.


Salah satu warga Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Evi Hariyanti, mengatakan hingga saat ini masih ketakutan jika gempa bumi melanda.


"Di kampung saya, belasan orang meninggal dalam waktu kurang satu menit dan hampir 80 persen rumah roboh," ceritanya.


Untuk menghilangkan kenangan pada 2006, Evi mengaku sangat sulit dan mungkin tidak akan hilang hingga mati. Sanak saudaranya meninggal akibat tertimpa bangunan rumah.


"Ada saudara yang hilang, karena tidak tahu dirawat di mana. Namun, usai satu minggu pulang telah meninggal dunia," ujarnya.


Baginya, peristiwa itu tetap memberikan pengalaman hidup yang sangat berarti bagi keluarga maupun masyarakat.


"Gotong-royong dan sikap kemanusiaan sangat terlihat dengan tak membedakan suku agama ras dan lain-lainnya. Semua bersatu untuk bangkit dari bencana yang mengerikan itu," tuturnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya