Kisah Pakubuwono X yang Lihai Mengecoh Belanda

Sunan Pakubuwono X (PB X)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Kehadiran Sunan Pakubuwono X (PB X), Raja Surakarta, dalam panggung sejarah nasional telah mengukir prestasi cemerlang. PB X dalam sejarah raja-raja Mataram adalah raja yang memerintah paling lama, yaitu 46 tahun (1893-1939).

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

Saat umur 27 tahun, dia sudah naik tahta, tepatnya pada tanggal 30 maret 1893. Era pemerintahanan PB X ditandai dengan situasi dan kondisi politik kerajaan yang stabil.

PB X merupakan tokoh sentral yang membingungkan, bahkan mungkin kurang diperhitungkan oleh ke-13 orang Residen dan Gubernur Belanda yang ditempatkan di Surakarta sejak tahun 1893-1939.

Kebanyakan orang Belanda menganggap PB X lemah, tidak cakap serta patuh. Memang PB X dikenal tidak memperlihatkan sikap keras, apalagi hidupnya mewah, doyan makan enak, senang mengenakan pakaian kebesaran dengan lencana dan bintang kehormatan.

Nyatanya, dalam perkembangan selanjutnya, gambaran PB X berbeda. Belanda sempat terkecoh oleh kesehatan PB X. Raja yang lahir tahun 1866 itu dalam usia 32 tahun menderita batu ginjal dan tidak dapat membatasi kemauannya.

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Belanda sudah memperhitungkan usia dan menyiapkan pengganti yang sesuai dengan politik Hindia Belanda. Tapi ternyata PB X baru wafat setelah umur 72 tahun
 
“Kebesaran Pakubuwono ini adalah kebebasan wilayah Surakarta menjadi satu-satunya daerah di Indonesia untuk mengibarkan bendera gula kelapa atau merah putih, sedangkan tempat lain bendera Belanda. Sri Susuhunan juga secara terbuka atau diam-diam memberikan dukungan kepada perkumpulan-perkumpulan politik pada awal abad ke-20,“ jelas BRA Mooryati Soedibyo, cucu Pb X ketika acara seminar “Menggali nilai-nilai Keteladanan, Kepahlawanan dan Kebangsaan Sri Susuhunan Pakubuwono X” , di Gedung Lemhanas, Jakarta beberapa saat yang lalu.

Sejumlah peran dan jasa Pakubuwono X terekam dalam sejarah keraton dan pergerakan nasional. Mooryati menyebutkan, Keraton memberi ruang yang sebesar-besarnya bagi tumbuh dan berkembangnya benih-benih pergerakan nasional.

Bahkan, Pakubowono menganjurkan agar kerabat keraton mendukung dan menjadi pengurus organisasi pergerakan pertama, Boedi Oetomo.

Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia

Dalam peringatan 25 tahun Boedi Oetomo, Pakubuwono X pernah memerintahkan pembangunan tugu lilin yang kemudian ditentang pemerintah kolonial. Sebab tugu lilin itu menjadi alat dan semangat perjuangan kaum pergerakan. Monumen itu akhirnya diresmikan 20 Mei 1933.

Mooryati menjelaskan, bukti kepahlawanan Paku Buwono X salah satunya menyatukan trah Mataram melalui perkawinan setelah diceraiberaikan oleh Belanda. Diplomasi melalui perkawinan ini cukup ampuh untuk mengendorkan ketegangan antara keraton-keraton di Jawa yang masih dalam satu keturunan.

Seiring dengan perjalanan waktu, Kota Solo menjadi pusat gerakan politik Syarikat Islam yang dipimpin Haji Samanhudi, HOS Cokroaminoto, dan KH Agus Salim.

Berkat kepiawaian sang raja, aktivitas melawan penjajah berjalan aman. Gerakan perjuangan berkembang dan berkibar di Kota Surakarta karena jasa baik Pakubuwono X.

Tidak hanya Susuhunan sendiri, kata Mooryati, banyak dari para putra dan kerabat keraton yang terlibat aktif dalam pergerakan nasional, seperti putra mahkota, Pangeran Hangebahi yang menjadi pelindung organisasi Syarikat Islam (SI).

Dengan organisasi kemasyarakatan Muhamadiyah, Pakubuwono X juga memberikan dukungan penuh dan fasilitas agar organisasi ini mampu mendirikan sekolah-sekolah modern di Surakarta.

Dengan Budi Utomo, peran Susuhunan Pakubuwono X juga sangat vital. Perjalanan beliau ke Jawa Barat dan Jawa Timur pada tahun 1922 mampu meningkatkan radikalisme Budi Utomo.

”Paku Buwono X berperan dalam pergerakan nasional dengan mendukung para pelopor perjuangan kemerdekaan lewat pemberian fasilitas, materi, keuangan dan moral. Pakubuwono X terbukti membantu pergerakan Budi Oetomo dan pendirian Serikat Islam,” kata Mooryati, pendiri Mustika Ratu itu. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya