Menag: Berpuasa Berarti Juga Menghormati yang Tak Puasa

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin (kanan).
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
Indonesia Tagih Janji Saudi untuk Korban Crane Jatuh
- Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin, mengingatkan umat Islam bahwa Ramadhan adalah momentum untuk belajar bertoleransi atau sikap saling menghormati. Itu berarti umat Islam yang berpuasa wajib menghormati orang yang tak berpuasa, begitu juga sebaliknya.

Soal Konflik Agama, Ini Pesan Menag kepada Pemda

Pada prinsipnya, kata Menteri, menghormati adalah tindakan yang baik dan lebih mulia dibandingkan dengan dihormati. Orang yang berpuasa tetapi menghormati mereka yang tak berpuasa tentu lebih mulia daripada meminta dihormati.
Menag : Belajar Agama Bukan Lewat Internet


"Masyarakat harus sadar betul bahwa di bulan Ramadhan ini banyak umat Islam menjalankan puasa, tapi juga harus dipahami bahwa ada sebagian saudara kita yang sedang tidak berpuasa," kata Menteri di sela acara Halaqah Pengembangan Leadership Pimpinan Pondok Pesantren yang diselenggarakan Kementerian Agama di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu, 13 Juni 2015.

 

Menteri menjelaskan, harus disadari betul bahwa ibadah puasa tidak dijalani oleh seluruh warga Indonesia. Terlebih agama yang dianut masyarakat berbeda-beda.


Bahkan, ada pula yang memang tidak berpuasa karena sesuatu alasan yang tidak bisa dipaksakan. Misalnya, orang yang sedang perjalanan jauh (musafir), wanita menstruasi, ibu hamil, dan menyusui.

  

"Jadi selain menghormati yang sedang berpuasa, kita sebaiknya juga menghormati hak-hak mereka yang tidak sedang berpuasa," katanya.


Sebagai umat Islam sejati, ujar Lukman, sebaiknya tidak memaksakan umat lain untuk menghormati, karena menghormati harus diikuti kesadaran dari yang bersangkutan.


"Maka cara-cara kekerasan sebaiknya dihindari karena bentuk penghormatan harus murni, tulus, dan ikhlas dari masing-masing diri kita," katanya.


Isbat


Dalam kesempatan itu, Menteri juga mengungkapkan bahwa Kementerian menggelar sidang isbat penetapan awal Ramadhan, Selasa, 16 Juni 2015. Sidang itu diikuti sejumlah ulama, perwakilan ormas Islam dan pakar astronomi.


Menurut Lukman, digelarnya sidang isbat pada hari Selasa karena ada kemungkinan hilal (bulan) terlihat pada saat itu. Jika hilal sudah tampak, puasa dimulai pada hari berikutnya.


"Tapi kalau tidak bisa dilihat, maka Syaban akan disempurnakan menjadi 30 hari sehingga puasa baru akan dimulai pada 18 Juni 2015," katanya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya