Grace Natalie Dorong Perempuan Pimpin KPK

Grace Natalie Dirikan Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
Busyro Siap Uji Kepatutan dan Kelayakan untuk Kedua Kalinya
- Panitia Seleksi (Pansel) calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merilis sebanyak 11 perempuan mendaftar calon pimpinan KPK. Bila dibandingkan, jumlah itu masih kalah jauh dengan pendaftar laki-laki yang mencapai 171 orang.

'Menggantung' Calon Pimpinan KPK

Kondisi ini disesalkan oleh Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie. Perempuan yang sebelumnya aktif sebagai presenter dan wartawan ini berharap banyak peran perempuan bisa ikut andil dalam komisi antirasuah itu.
Pansel: Pimpinan KPK Tak Harus Jaksa dan Polisi


"Yang kita lihat, tim Pansel KPK yang semuanya perempuan, pasti mau terus berikan kinerja yang terbaik untuk negara. Tapi, saya sedih karena masih sedikit minat perempuan untuk ikut dalam pemilihan calon ketua KPK," ujar Grace saat diskusi di kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jakarta, Sabtu 20 Juni 2015.


Menurut Grace, dengan adanya keraguan publik terhadap perempuan untuk memimpin KPK, justru nantinya bisa menjadikan para perempuan yang terdaftar sebagai calon pimpinan KPK, lebih menunjukkan semangat dan motivasi sebagai kaum perempuan.


"Kalau mau contoh, misalnya saat ini di Kementerian KKP (Kelautan dan Perikanan), Ibu Susi (Pudjiastuti), karena saat beliau menempati posisi itu, malah membuat dia tidak kalah perkasa dari menteri sebelumnya yang diduduki laki-laki," katanya


Apalagi di era modern ini, kata Grace, perempuan Indonesia banyak yang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk ikut serta membakar korupsi yang semakin merajalela di negeri ini.


"Sudah banyak perempuan sudah bisa menjabat kedudukan-kedudukan penting di setiap bidang. Jadi, saya ingin di semua posisi perempuan diberikan porisi yang sama," kata dia


Meski begitu, dia mengakui, untuk kultur Indonesia, memang masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa kaum perempuan kedudukannya masih di bawah laki-laki.


"Ini memang yang belum disadari oleh masyarakat, kultural perempuan posisinya masih di bawah laki-laki. Karena jika berbicara profesional, representasi gender harusnya bisa diminimalisasi," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya