Ngabuburit di Atas Kabut Candi Cetho

Candi Cetho.
Sumber :
  • FOTO: VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Candi Cetho merupakan objek bersejarah peninggalan umat Hindu yang dibangun pada masa akhir pemerintahan Kerajaan Majapahit.

VIDEO: Teluk di Gorontalo Diserbu Turis yang Ingin Lihat Hiu

Candi ini berlokasi di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karangayar, Jawa Tengah. Tak hanya sejarah yang ditawarkan candi ini, namun  suasananya juga memanjakan pengunjung, lantaran alamnya yang sangat asri, serta udara sejuk, cenderung dingin.

Pemandangan alam pegunungan di dekat candi tak kalah menawan. Siang hari saja, kabut sering terlihat turun, jadi seperti di pagi hari. Maka jangan heran jika lokasi ini kerap dipilih sebagian masyarakat Karanganyar untuk menghabiskan waktu jelang berbuka puasa alias Ngabuburit.



Objek wisata Candi Cetho Karanganyar secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sampai sekarang, candi ini masih dipergunakan sebagai tempat pemujaan, khususnya bagi penduduk lokal yang beragama Hindu.

Untuk menuju ke ke Candi Cetho, Anda bisa menempuhnya dari arah Solo menuju Karanganyar lalu ke arah Tawangmangu. Dari Kota Karanganyar, perjalanan Anda akan dimanjakan dengan jalanan khas pegunungan yang curam dengan penuh kelokan-kelokan tajam.

Setelah menempuh perjalanan sekira 20 kilometer tersebut, Anda akan menemui gerbang masuk tiga lokasi wisata sekaligus; yakni Candi Sukuh, Candi Cetho, dan Air Terjun Jumog.

10 Daerah Wisata Indonesia yang Gencar Dipromosikan



Memasuki Dusun Cetho, akan terlihat gapura candi yang menyediakan tiket masuk. Harganya, Rp5 ribu per orang. Di depan gapura besar, terdapat dua pasang arca penjaga. Terlihat susunan sembilan tingkat sebagai penghias halaman candi.

Tingkat pertama, setelah gapura, merupakan halaman candi. Sementara tingkat kedua, terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho.

Pada tingkat ketiga, terdapat sebuah tataan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan kura-kura raksasa, Surya Majapahit dan simbol Phallus (penis, alat kelamin laki-laki) sepanjang dua meter, dilengkapi dengan hiasan tindik (piercing) bertipe ampallang.

Pada tingkat selanjutnya, terdapat jajaran batu pada dua dataran bersebelahan yang memuat relief cuplikan kisah Sudhamala.

Dua tingkat berikutnya memuat bangunan-bangunan pendapa yang mengapit jalan masuk candi. Pendapa tersebut digunakan sebagai tempat upacara-upacara keagamaan agama Hindu.

Pada tingkat ke delapan, terdapat arca phallus, disebut Kuntobimo. Sepelemparan batu dari situ, di sisi utara, terdapat Arca Prabu Brawijaya V dalam wujud mahadewa.

Pesona Palembang Mulai Dipromosikan ke Mancanegara



Sementara pada tingkat terakhir ke sembilan terdapat tempat pemanjatan doa. Di sini terdapat bangunan batu berbentuk kubus.

Candi Cetho dibangun pada akhir masa Kerajaan Majapahit (sekitar abad ke 15). Laporan ilmiah pertama mengenai Candi Cetho dibuat oleh Van de Vlies pada tahun 1842. Tak lama, A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian.

Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dan penemuan objek terpendam dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala (Commissie vor Oudheiddienst) Hindia Belanda.

Berdasarkan keadaannya, ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini diperkirakan berusia tidak jauh berbeda dari Candi Sukuh.

Raline Shah.

Masuk Gua Kampret, Raline Shah Berbusana Calvin Stone

Selama proses syuting dia juga ditemani sang ibu.

img_title
VIVA.co.id
3 Agustus 2016