BMKG: Pemudik, Waspada Angin Kencang akibat Siklon Nangka

Sumber :
  • VIVA.co.id/D.A. Pitaloka
VIVA.co.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso di Malang mengimbau para pemudik dan warga yang beraktivitas di luar rumah untuk waspada dengan tiupan angin kencang akibat siklon tropis nangka. Siklon itu menyebabkan gelombang tinggi di sejumlah perairan di Indonesia serta angin kencang yang bertiup hingga 55 kilometer per jam.
BMKG: Jabodetabek Hujan Mulai Siang sampai Malam

“Indonesia terkena dampak siklon tropis nangka. Siklon ini memang diberi nama nangka, yang sangat Indonesia,” kata Ahmad Lutfi, prakirawan BMKG Staklim Karangploso, di Malang, Jawa Timur, Senin, 13 Juli 2015. 
BMKG: Hujan Merata Guyur Jabodetabek Rabu Malam Nanti

Siklon itu, menurut dia, menyebabkan gelombang laut di sejumlah perairan mencapai dua hingga tiga meter, di antaranya, gelombang laut di perairan Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud, Laut Maluku bagian utara dan Laut Halmahera. Gelombang tinggi akibat siklon nangka juga akan muncul di perairan Filipina, terutama di Samudera Pasifik sebelah timur Filipina.
BMKG: Jabodetabek Bakal Hujan Siang dan Malam

“Gelombang tinggi harus diwaspadai bagi pemudik yang menggunakan jalur laut,” katanya.

Selain di laut, siklon menyebabkan angin kencang yang berpotensi bertiup di Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya. Lutfi menyebut, kecepatan angin akan berkisar 7 kilometer per jam hingga 55 kilometer per jam.

“Kecepatan 45 kilometer per jam itu sudah dikategorikan angin kencang. Jadi, pemudik jalan darat juga diminta waspada terhadap angin kencang,” ujarnya.

Sesuai prediksi BMKG, siklon nangka berlangsung hingga dua hari mendatang dengan gerakan terus menjauhi wilayah Indonesia. “Menjelang Lebaran, aktivitas masyarakat sebagian besar sudah di luar rumah. Jadi, ada baiknya waspada dengan angin kencang ketika di luar,” katanya. 

Siklon tropis nangka tak pernah bertiup di atas perairan Indonesia, seperti berbagai badai tropis lain. Wilayah Indonesia yang ada di antara 5 derajat lintang utara dan 5 derajat lintang selatan membuat badai tropis selalu lemah dan tak bisa masuk ke wilayah Indonesia. 

Nama nangka disematkan badai siklon itu karena sesuai kesepakatan World Meteorological Organization (WMO), Indonesia berhak memberi nama badai tropis yang terbentuk di dekat wilayah Indonesia. Dampak yang terjadi kini lebih lazim disebut sebagai dampak dari ekor badai tropis. “Indonesia hanya kena dampaknya, bukan badai tropisnya,” katanya.

Pantura Jawa

Peringatan serupa disampaikan BMKG Kelas 1 Semarang, Jawa Tengah. Lembaga itu mengimbau para pemudik sepeda motor yang menuju sejumlah wilayah di Jawa Tengah maupun Yogyakarta untuk mewaspadai angin kencang yang terjadi beberapa hari belakangan ini.

Prakirawan Cuaca Stasiun Klimatologi BMKG Semarang, Zauyik, menjelaskan, angin kencang yang melanda wilayah sekitar laut Jawa dua hari belakangan akan berbahaya bagi para pemudik.

"Utamanya, pemudik di wilayah jalur Pantura Jawa, angin di jalan pasti kencang sekali. Maka untuk pemudik motor wajib waspada," kata Zauyik kepada VIVA co.id di Semarang, Senin, 13 Juli 2015.

Berdasarkan pengamatan BMKG, angin kencang yang terjadi belakangan dikarenakan tekanan rendah yang berada di timur Filipina. Hal itu berpengaruh langsung di wilayah Jawa dengan banyaknya awan tidak hujan karena kurang uap.

"Air uap saat musim kemarau dan angin kencang ini bisa juga berkembang menjadi badai. Tapi, wilayah Indonesia atau Jawa hanya terkena imbas banyak awan dan angin kencang," ujarnya.

Selain itu, kata Zauyik, suhu yang sangat rendah atau dingin merupakan pertanda datang musim kemarau. Tekanan rendah itu kini sudah berubah menjadi tropical cyclone, sehingga menambah kuat tarikan angin Monsoon timuran dari Australia.

Angin kencang juga akan sedikit mengganggu perjalanan kapal, karena berakibat gelombang tinggi. Angin kencang disertai suhu panas saat siang akan sangat membahayakan bagi pemudik motor di jalur yang landai dan tidak ada bangunannya.

"Bisa saja angin kencang menambah tidak stabil dalam berkendara. Sekali lagi, bagi pemudik untuk waspada. Kalau terpaksa harus berhenti, mending berhenti saja," ujarnya. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya