Awas! Obat Tidur Bisa Jadi Pintu Masuk Terjerumus Narkoba

BNN Mulai Gerakan Rehabilitasi 100 Ribu Pengguna Narkoba
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin

VIVA.co.id - Tak terhitung publik figur yang tertangkap gara-gara mengkonsumsi narkoba. Kasus terbaru, model Vitalia Sesha dicokok polisi sedang pesta narkoba di kawasan Jakarta Utara. Lebih luas lagi, narkoba sebenarnya telah merasuk ke segenap lapisan masyarakat, mulai dari pelajar SD sampai mahasiswa.
 
"Sebanyak 70 persen pasien saya yang menggunakan narkotika adalah remaja usia sekolah, baik yang duduk di bangku SMP, SMU, maupun Perguruan Tinggi," kata psikiater Dadang Hawari ketika ditemui di tempat praktiknya Tebet Mas, Jakarta Selatan.
 
Narkoba adalah awal dari bencana, pintu masuk dari efek negatif seperti AIDS/HIV, seks bebas dan kriminalitas. Menurut pemilik Mental Health Center Hawari & Associates yang tercatat sebagai Doktor di bidang NAZA ini penyembuhan kecanduan tidak cuma sekadar memakai medis tapi lebih kompleks menyangkut keluarga dan sisi keagamaan.
 
Selain memakai pengobatan medis, berdoa dan berzikir merupakan bentuk komitmen keagamaan seseorang yang menjadi unsur penyembuh penyakit atau sebagai terapi psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme untuk penyembuhan penyakit seperti kecanduan narkoba.

Rasa percaya diri dan optimisme merupakan dua hal yang penting bagi penyembuhan penyakit di samping obat dan tindakan medis. Dalam agama khususnya Islam bahwa umat yang sakit dianjurkan berobat kepada ahlinya (terapi medis) disertai berdoa dan berzikir. Karena itu, terapi medik saja tanpa diikuti berdoa dan berzikir, tidaklah lengkap, sebaliknya berdoa dan berzikir saja tanpa upaya medis tidaklah efektif.

Ia pernah membaca hasil penelitian ilmuwan Amerika Serikat (AS), Christy (1998) dan Synderman (1996), menyimpulkan doa dan zikir merupakan obat bagi penderita penyakit selain pemberian obat-obatan dalam arti medik. Dengan demikian, dapat disimpulkan pengobatan kepada penderita mengandung dua arti yaitu "prayer" (berdoa dan berzikir) dan drugs (obat dalam arti medis).
 
Ia menguraikan, remaja mengenal narkoba awalnya mereka dari coba-coba dipengaruhi temannya. Jika tidak memiliki uang, apapun cara akan ditempuh. Misalnya obat tidur yang sebenarnya untuk obat, harganya murah ternyata juga bisa untuk teler

Laporkan Haris Azhar, Polisi Akui Langkahnya Tak Populer

Sekitar 15 persen pengguna narkoba mengawali petualangannya dengan menenggak obat-obatan yang lumrah disimpan di lemari obat. Salah satunya yang sangat populer ialah obat tidur.
 
Obat yang dalam bahasa gaul disebut boti itu memang idola buat para pemula. Biasanya diresepkan oleh dokter buat pasien yang punya masalah sulit tidur. Yang paling sering diresepkan yaitu golongan benzodia-zepin dan barbiturat. Umumnya, obat-obat itu punya efek mempengaruhi sistem saraf pusat di otak.


 
Sebagai obat betulan, dosis pil tidur biasanya satu tablet sekali minum. Namun, para junkie (penyalah guna) menenggaknya dalam dosis yang gila-gilaan, satu setrip atau satu blister sekali minum. Kalau diminum sampai overdosis, obat-obat ini tidak menyebabkan orang tidur seharian atau dua hari, tapi malah bisa bikin beringas, teler.
 
"Dalam praktiknya, obat tidur itu dengan gampang bisa didapatkan di toko-toko obat hingga kios-kios gerobak di pinggir jalan. Padahal, seharusnya hanya bisa diperoleh di apotek dengan resep dokter. Itu semua akibat lemahnya pengawasan," ungkapnya.
 
Karena termasuk obat-obatan OTC (over-the-counter drugs), obat golongan ini sah dijual bebas di toko obat maupun apotek. Harganya pun murah meriah. Edisi generiknya hanya seratus perak per tablet.

Mensos: Kiai-Santri Harus Tahu Bedanya Vitamin dan Narkoba

Dilihat dari struktur kimia, obat ini sebetulnya masih satu golongan dengan morfin. Cara kerjanya menekan refleks batuk di otak. Namun, karena tidak menimbulkan efek adiksi (kecanduan) berat seperti morfin, obat ini tidak masuk golongan narkotika.
 
Dalam dosis terapi, obat ini bisa menurunkan frekuensi batuk kering. Namun, para penyalahguna biasanya membeli dalam jumlah kelewat banyak, misalnya 30 butir. Jumlah sebanyak ini tidak lazim untuk tujuan pengobatan. Untuk mengecoh petugas di apotek, mereka datang ke apotek sambil bergaya terbatuk-batuk.
 
Masa kritis untuk pertama kali memakai Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lain (Napza) adalah ketika ia duduk di kelas satu SLTP, kelas satu SMU, atau ketika di semester 1-2 perguruan tinggi. Saat itu, mereka di hadapkan pada tantangan, konflik, dan kondisi baru.

Ketiga, besarnya pengaruh teman. Umumnya asal mula seseorang memakai Napza adalah karena bujukan teman. Penolakan terhadap tekanan ini sering kali mengakibatkan ia dikucilkan oleh kelompoknya. Dari penelitian bahwa 81,3 persen pengguna Napza karena pengaruh teman.

Jadi Duta Narkoba, Ini Pesan Trio Cecepi

Keempat, besarnya pengaruh konflik/stres dalam diri anak terhadap peluangnya menggunakan Napza. Pada umunya, alasan untuk anak/remaja menggunakan Napza antara lain adalah percaya bahwa Napza dapat mengatasi semua persoalan, atau memperoleh kenikmatan atau menghilangkan kecemasan, gelisah, takut.

Penjahat narkoba

Diusulkan Tiru Filipina Perangi Narkoba, Ini Respons DPR

'Penjara kita itu mayoritas diisi terpidana narkoba.'

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016