Sumber :
- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
VIVA.co.id -
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, menjelaskan mengapa terjadi perbedaan penetapan waktu 1 Syawal dan 1 Ramadhan, di kalangan umat Islam. Ini tidak lain karena ada pandangan atau pendekatan tidak seragam yang digunakan yaitu, hisab dan rukyat.
Hisab menganggap, apabila posisi hilal ada di atas ufuk berapa pun derajatnya, bahkan nol koma sekian, maka sudah bisa dipastikan hilal ada (wujudul hilal). Oleh karena itu, sudah berganti tanggal.
Baca Juga :
Semarak Halal bi Halal di New Caledonia
Hisab menganggap, apabila posisi hilal ada di atas ufuk berapa pun derajatnya, bahkan nol koma sekian, maka sudah bisa dipastikan hilal ada (wujudul hilal). Oleh karena itu, sudah berganti tanggal.
Baca Juga :
VIDEO:Kelezatan Sajian Khas Lebaran Ala Mesir
Sementara itu, rukyat menyatakan belum tentu seperti itu. Posisi hilal setidaknya dua derajat sehingga memungkinkan untuk dilihat.
Jika posisi hilal setidaknya di atas dua derajat maka hilal bisa dilihat. Yang menjadi masalah adalah ketika di bawah dua derajat, meski di atas ufuk tapi di bawah dua derajat. Perbedaan pun tak bisa dihindari.
"Ke depan ada kebutuhan, kerinduan tinggi untuk kembali bisa disatukan lagi," kata Lukman saat berbincang dengan
tvOne
, Kamis, 16 Juli 2015.
Saat ini, lanjut Lukman, negara diminta lebih tegas. Dia berpendapat memang sebaiknya seperti itu, sejauh itu tuntutan atau kehendak dari umat Islam yang direpresentasikan ormas-ormas.
"Kalau sudah memberikan kewenangan pada pemerintah, semua kita harus tunduk. Setelah kewenangan diberikan, seharusnya tidak ada pihak-pihak yang berbeda," ujar Lukman. (ase)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Sementara itu, rukyat menyatakan belum tentu seperti itu. Posisi hilal setidaknya dua derajat sehingga memungkinkan untuk dilihat.