Antisipasi Raung, Desa Jampit Siapkan Pengungsian

Smukdin dan buruh petik kopi di Dusun Jampit.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ D.A. Pitaloka

VIVA.co.id - Tiga Dusun di Desa Jampit yang berada delapan kilometer dari kaldera Gunung Raung masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) II. Titik pengungsian direncanakan berada di Lapangan Kalisat di Desa Kalisat, 20 kilometer dari kaldera Raung.

“Dari paparan terakhir dengan Satgas Bencana dan BPBD, Desa Jampit masuk dalam kawasan merah dan berpotensi terdampak abu vulkanik serta material erupsi Gunung Raung. Saat ini kami mulai menyiapkan kebutuhan pengungsian sebagai antisipasi,” kata Camat Sempol, Tjagar Alam, Sabtu, 25 Juli 2015.

Di lapangan tersebut saat ini telah dilengkapi sejumlah alat komunikasi berupa radio rig dan HT, pembenahan posko pengungsian dengan menggunakan bangunan di sekitar lapangan juga tengah dikerjakan. Meski begitu, tenda pengungsian belum ditegakkan.

"Sampai saat ini belum ada tenda, itu kami mengikuti BPBD. Juga belum perlu mengungsi karena status masih siaga," ucapnya.

Warga Dusun Jampit, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso mulai terpapar abu vulkanik gunung Raung. Suara gemuruh acapkali mereka dengar. Kondisi tersebut menjadi pembahasan dalam pertemuan dengan satgas bencana yang menyatakan awan panas dan materaial lain berpotensi menimpa warga dusun Jampit manakala erupsi Raung terjadi dengan letusan lebih keras.  

“Rencana pengungsian ini untuk mengantisipasi jika erupsi Raung lebih keras dan berpotensi memuntahkan isi kaldera keluar,” ujar Tjagar.

Warga tak satu Suara

Meski pemerintah setempat tak serta merta mengungsikan warga Dusun Jampit, namun, kata Tjagar, pihaknya tetap mengingatkan warga untuk mewaspadai aktivitas gunung Raung.

"Warga kami berikan pengertian untuk peka membaca aktivitas Raung dan segera menyelamatkan diri.”

Untuk mengetahui peningkatan aktivitas Raung, warga juga diminta peka membaca tanda-tanda alam. Isyarat alam seperti yang diajarkan tetua mereka seperti adanya hewan yang turun ke ladang penduduk, membaca arah angin dari bentuk dahan dan ranting daun, serta sumber air yang telah mengering.

"Dari cerita turun-temurun, ada beberapa tanda yang bisa dikenali jika aktivitas Raung meningkat. Warga harus peka dengan tanda itu serta mulai menggunakan masker kreasi sendiri, seperti sapu tangan bersih yang diberi air,” kata Tjagar menambahkan.

Sementara itu sebagian penduduk Desa Jampit mengaku pasrah atas berbagai kemungkinan yang akan terjadi selama Gunung Raung erupsi. Meski begitu, penduduk yang sebagian besar bekerja di perkebunan kopi milik PTPN 12 itu tak satu suara tentang rencana mengungsi.

Abu Raung Rusak Tanaman, Petani Bersedih Saat Lebaran

Sebagian mereka mengaku akan tunduk dengan himbauan pemerintah setempat. Sementara lainnya memilih bertahan dengan alasan sudah terbiasa dengan abu vulkanik dan raungan gemuruh dalam gunung.

Misjoto termasuk penduduk yang enggan mengungsi dari Desa Jampit. Pria berusia 35 tahun itu sehari-hari bertanam kentang dan mengembala sapi miliknya di ladang lereng gunung yang berada di belakang kediamannya. Di luar itu, dia juga bekerja menjadi buruh tani di sejumlah ladang milik tetangganya di Desa Jampit.

"Dari saya kecil sampai sekarang Raung, ya, seperti ini, hujan abu dan suaranya bergemuruh. Tapi tak pernah ada laharnya, kalau saya ngungsi siapa yang akan mengurus sawah dan ternak saya,” katanya.

Pendapat berbeda diungkapkan Smukdin. Pria paruh baya itu siap meninggalkan lima ekor sapi dan sepetak ladang kentangnya jika pemerintah setempat memerintahkan mengungsi. Kakek dari dua cucu itu yakin semua ternaknya bisa menjaga diri sekalipun ditinggal mengungsi.

"Sapi saya sekarang ada lima. Dulu waktu terjadi letusan besar tahun 1956, di sini sempat tertutup kabut dan abu sekitar seminggu, sapi saya juga bisa hidup,” kata Smukdin.

Tahun 1956 Gunung Raung meletus dengan melontarkan abu vulkanik setinggi 12 kilometer di atas kaldera hingga mencapai Bali dan Surabaya. Suara dentuman berlangsung empat jam ikut mengiringi letusan kala itu.


Smukdin dan buruh petik kopi di Dusun Jampit.

Aktivitas Raung Meningkat, Hama Tak Ganggu Ladang

"Kera dan babi hutan jarang turun mencuri kentang."

img_title
VIVA.co.id
28 Juli 2015